REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengimbau agar para petani setempat tidak berebut air untuk mengairi areal sawah pada musim kemarau yang biasanya dilakukan dengan cara membendung saluran irigasi yang airnya surut. "Jika petani tidak berebut air, maka air untuk mengairi areal sawah di saluran irigasi tersier tetap terpenuhi," kata Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Padi dan Palawija Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Yuyu Yudaswara, Ahad (17/9).
Yuyu mengaku sudah berkoodinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta Jatiluhur. Pasokan air untuk mengairi areal sawah di wilayah Karawang sebenarnya mencukupi. Menurut dia, jika saluran irigasi tersier, kondisinya baik dan tidak ada perebutan air sesama petani, maka seluruh areal sawah yang kini masuk jadwal tanam tidak akan kekurangan air. Yuyu mengatakan, pada musim kemarau yang mengakibatkan surutnya air di saluran irigasi bisa memicu keributan antarpetani.
Pada musim kemarau, sesama petani di Kabupaten Karawang biasa berebut jatah air dari saluran irigasi dengan cara membendung saluran irigasi yang airnya surut. Mereka kemudian menyedot air yang terkumpul di saluran irigasi, setelah dilakukan pembendungan. Aksi pembendungan irigasi untuk mengumpulkan air itu membuat petani yang berada di depan saluran irigasi tidak kebagian air.
Atas hal tersebut, Yuyu mengimbau, agar petani di Karawang tidak berebut air dengan melakukan aksi bendung-membendung saluran irigasi pada musim kemarau tahun ini. Ditanya mengenai areal sawah yang terkena dampak musim kemarau tahun ini, Yuyu menjawab, untuk sementara ini dampak kekeringan belum terlalu berdampak terhadap sektor pertanian.
Meski demikian, Dinas Pertanian setempat tetap waspada, karena seluas 7.448 hektare sawah di 23 kecamatan sekitar Karawang berpotensi kekeringan. "Baru areal sawah tadah hujan saja yang mengalami kekeringan. Areal sawah lainnya belum ada laporan yang kekeringan," katanya.