Jumat 15 Sep 2017 17:34 WIB

Kali Bekasi Kembali Menghitam, DLH Usulkan Normalisasi

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Wali Kota Bekasi melakukan sidak ke bantaran kali Bekasi, Narogong, Bantar Gebang (Ilustrasi)
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Wali Kota Bekasi melakukan sidak ke bantaran kali Bekasi, Narogong, Bantar Gebang (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Air baku Kali Bekasi terlihat berubah warna dan kembali menghitam. Kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi Jumhana Luthfi mengatakan, menghitamnya Kali Bekasi disebabkan naiknya sedimen dasar kali karena adanya pergerakan air (turbulensi).

"Unsur sedimen bisa saja endapan limbah, jadi saat terjadi turbulensi air baku menghitam," kata Luthfi saat ditemui Republika.co.id, di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, Jumat (15/9).

Dia mengaku, menghitamnya Kali Bekasi telah berlangsung sejak seminggu lalu, dan DLH langsung mengambil sampel air baku sejak empat hari lalu. Lutfi juga mengaku, telah mengajukan surat kepada Kementerian Ruang Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, Perum Jasa Tirta (PJT II) terkait kondisi Kali Bekasi yang semakin tercemar.

"Ketika menghitam, kami langsung ambil sampel dan hasilnya air baku sangat rusak atau di atas ambang baku mutu. Satu-satunya solusi yang dapat dilakukan adalah normalisasi Kali Bekasi," kata dia.

Dia mengatakan, telah memberikan peringatan kepada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi untuk menghentikan operasi hingga air baku Kali Bekasi kembali normal. Sebagai upaya normalisasi, DLH akan mengangkat sedimen dasar kali yang diduga didominasi endapan limbah, memberikan penyuluhan kepada 18 perusahaan di sepanjang Kali Bekasi agar dapat memaksimalkan penggunaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

"PDAM lebih baik stop dulu karena air baku sangat buruk. Solusinya, bisa menggunakan air baku kali Malang untuk menutup kebutuhan dari kali Bekasi. Kali Malang lebih bagus kualitasnya dari kali Bekasi karena tidak ada industri sepanjang kali," kata dia.

Menurut Luthfi, secara volume, penghasil limbah terbesar di Kota Bekasi adalah rumah tangga dengan persentase sebesar 65 persen, sedangkan industri hanya 35 persen. Untuk mengurangi pencemaran, Luthfi menyarankan, masyarakat untuk memulai program lingkungan sehat dan hidup bersih.

"Dengan cara bijak menggunakan sabun, atau teliti dalam memilih bahan yang sekiranya bahaya untuk lingkungan," kata Luthfi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement