REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Amnesty International menemukan bukti baru pembumihangusan berskala besar di seluruh negara bagian Rakhine Utara. Pasukan keamanan dan massa membakar seluruh desa Rohingya dan menembak warga secara acak saat mereka mencoba melarikan diri.
Amnesty International melakukan analisis terhadap data deteksi kebakaran, citra satelit, foto dan video dari lapangan, serta wawancara dengan puluhan saksi mata di Myanmar dan di perbatasan Bangladesh. Hasil analisis itu menunjukkan pembakaran itu terjadi secara sistematis dan menargetkan desa-desa warga Rohingya di negara bagian Rakhine utara dalam kurun waktu kurang dari tiga pekan.
"Buktinya tidak terbantahkan. Pasukan keamanan Myanmar membakar negara bagian Rakhine Utara agar orang-orang Rohingya keluar dari Myanmar. Sebagai penekanan, ini adalah pembersihan etnis," kata Direktur Penanggulangan Krisis Amnesty International Tirana Hassan dalam keterangan tertulis, Jumat (15/9).
Tirana mengatakan ada pola kekerasan yang jelas dan sistematis di Rakhine. Pasukan keamanan mengelilingi desa-desa. Mereka menembaki orang yang melarikan diri dengan panik. Mereka membakar rumah-rumah hingga rata dengan tanah. Secara hukum, ini merupakan kejahatan kemanusiaan, serangan sistematis, dan pemindahan paksa terhadap warga sipil.