Kamis 14 Sep 2017 19:51 WIB

Ini Keluhan Penumpang pada Dirut Transjakarta di Hari Pelanggan

Rep: Taufiq Alamsyah Nanda/ Red: Ratna Puspita
 Pemandangan dari atas bus Transjakarta di koridor 13.
Foto: Republika/Sri Handayani
Pemandangan dari atas bus Transjakarta di koridor 13.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono menerima banyak keluhan dari penumpang pada Hari Pelanggan yang jatuh 4 September 2017, pekan lalu. Budi pun mengaku menerima banyak keluhan dari pelanggan, terutama kemacetan pada jam pulang kantor.

"Mereka (pelanggan) komplain kalau sore macet luar biasa,” kata Budi kepada wartawan di Halte Harmoni, Jakarta Pusat, Kamis (14/9).

Budi pun sempat menjelaskan hambatan yang dialami oleh pengelola bus Transjakarta terkait manajemen bus pada sore hari. “Kita tahu, Jakarta sekarang ada 10 \Iunderpass\I yang sedang dibangun. Itu membuat 12 rute, kecuali koridor 13, terganggu," kata dia.

Budi menerangkan, PT Transjakarta sudah berupaya melakukan perbaikan layanan. Ada beberapa lokasi yang diberikan perhatian khusus. Misalnya, pemberlakuan rekayasa lalu lintas seperti lawan arah atau contraflow.

Budi melanjutkan, PT Transjakarta juga menyiasati kemacetan karena banyaknya infrastruktur yang sedang dibangun dengan cara memperpendek jalur. Dia mengatakan bus-bus diarahkan melewati jalan tol.

Dia mengatakan cara ini dilakukan karena memperbanyak bus tidak bakal menyelesaikan masalah. Sebab, hal tersebut hanya akan memperpanjang antrean di jalur dan halte bus Transjakarta.

"Maka, perlu ada sinergi dan fleet management yang tepat supaya jumlah bus dalam satu koridor tidak boleh berlebihan dan kekurangan," katanya.

Budi mengatakan manajemen armada atau \Ifleet management\I menjadi penting karena ada perbedaan kepadatan penumpang pada jam-jam sibuk dan tidak sibuk. Dia menggambarkan perbandingan tersebut bisa mencapai 1 banding 4 atau 5.

"Kami siang mengembalikan bus untuk \Imaintanance\I itu bisa 35 persen sampai 45 persen. Tapi pagi kami optimalkan semuanya," ujar Budi.

Untuk rencana selanjutnya, Transjakarta sedang membahas kebijakan dengan Pemprov DKI agar kesenjangan penumpang antara siang dan pagi tidak ekstrem. “Agar saat pengadaan ditemukanlah efektivitas dan segala macam," kata Budi.

Selain kemacetan di jalur Transjakarta pada sore hari, pelanggan juga mengeluhkan informasi kedatangan bus yang terpasang di halte kerap mati atau \Ioffline\I. Ini membuat informasi keberangkatan dan kedatangan bus menjadi tidak akurat.

Keluhan lainnya yakni pintu otomatis yang tidak berfungsi dan halte-halte yang kotor. “Memang ini tugas kami untuk membersihkan segera,” kata dia.

Infrastruktur lainnya yang perlu dievaluasi terkait dengan jembatan penyebrangan orang (JPO) dan penerangannya. Namun, Budi menjelaskan, kedua hal tersebut tidak berada di bawah kewenangan PT Transjakarta.

Dia menerangkan JPO dan penerangannya berada di bawah otoritas Dinas Bina Marga serta Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta. “Karena banyak orang \Ienggak\I tahu di Transjakarta ini, tidak semua di bawah kewenangan kami. JPO itu ke Bina Marga. Lampu putus, itu ke dinas penerangan. Jadi kami hanya bisa menyampaikan jika ada kerusakan," kata Budi.

Untuk kelaikan bus, menurut Budi, sudah cukup bagus. Ia mengaku, tidak ada yang komplain soal bus. Begitu juga dengan penyejuk udara.

Saat ini, total armada transjakarta berjumlah 1.500 bus. Setiap hari, PT Transjakarta mengoperasikan sekitar 1.100 bus agar ada beberapa yang masuk perawatan besar demi meningkatkan kenyamanan.

Budi merasa senang dengan banyaknya komplain yang diterima Transjakarta. Menurut dia, hal tersebut merupakan bukti kepedulian pelanggan. "Nah, dengan komplain ini menunjukkan bahwa pelanggan sendiri merasa memiliki dan mereka berharap kita bisa lebih baik. Jadi semangat lah buat kita semua," katanya.

Sampai saat ini, pelanggan bus Transjakarta per hari 450 sampai 470 ribu orang. Penumpang terus meningkat, terutama sejak koridor 13 dibuka. Di Koridor 13, sampai saat ini sudah menyentuh 9.700 penumpang per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement