REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG — Polresta Bandar Lampung akan melakukan mediasi antara ojek pangkalan yang tergabung dalam Persatuan Ojek Kota Bandar Lampung (Pokbal) dan ojek daring (online) Gojek. Polisi juga masih melakukan penyelidikan terkait laporan kedua pihak terkait pengrusakan dan ancaman.
Dua hari terakhir, anggota Pokbal melakukan aksi razia atribut Gojek, sedangkan pihak Gojek juga melakukan aksi serupa kepada pihak Pokbal. Polisi terpaksa membubarkan perkumpulkan pengojek Gojek di kawasan Gotong Royong, karena mengganggu aktivitas masyarakat.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung Kompol Agung Cahyono mengatakan, setelah aksi kedua belah pihak, polisi melakukan peredaman dengan memediasi pihak Pokbal dan Gojek. Kedua pihak juga telah melaporkan tindakan yang mereka terima ketika saling melakukan \Isweeping\I. “Kami masih menyelidikinya,” ujarnya, Kamis (14/9).
Ketua Pokmal Albert meminta Pemerintah Kota (Pemkot) menutup aplikasi ojek daring tersebut,karena belum memiliki izin operasional di daerah. “Kami minta ketegasan Pemkot menutup aplikasi mereka,” kata Albert.
Ia juga menyatakan Gojek telah melakukan pelanggaran berkali-kali setelah pertemuan beberapa waktu lalu. Jarak radius 100 meter disepakati Gojek tidak menaikkan dan menurunkan penumpang. Namun, kenyataannya hal tersebut sering dilanggar para tukang ojek daring.
Kepala Bapol PP Pemkot Bandar Lampung Cik Raden menerima aspirasi Pokmal terkait dengan permintaannya. Namun Cik Raden belum bisa memutuskan karena harus dilaporkan kepada wali kota sedangkan atribut sitaan dari Pokmal terhadap ojek daring telah diserahkan kepada polisi.
Pascarazia dan pelemparan batu ke kantor Gojek di Kota Bandar Lampung, sejumlah tukang ojek daring membawa penumpang tanpa menggunakan atribut kantornya. Hal tersebut untuk menghindari aksi di jalan bila menggunakan atribut ojek daring lengkap.
Pantauan Republika di berbagai jalan kota Bandar Lampung, Kamis (13/9), para tukang ojek daring masih banyak yang tidak menggunakan atribut seperti jaket, dan helm yang bertuliskan ojek aplikasi. Di jalanan, mereka tetap terlihat dari penggunaan telepon seluler saat berhenti.
Meski mendapat tekanan dari tukang ojek konvensional atau ojek pangkalan yang tergabung dalam Pokbal) yang tidak senang dengan ojek daring, para tukang ojek daring tidak mau berhenti bekerja. Bahkan, mereka maskin giat bekerja menjalankan motornya.