Kamis 14 Sep 2017 14:59 WIB

Lapas Paledang Dinilai tak Lagi Relevan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Walikota Bogor Bima Arya (ketiga kiri) didampingi Kepala Lapas Paledang Kota Bogor Gunawan Sutrisnadi (kiri) mengunjungi warga binaan mengikuti pelatihan keterampilan tata boga membuat bakso dan sosis (ilustrasi)
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Walikota Bogor Bima Arya (ketiga kiri) didampingi Kepala Lapas Paledang Kota Bogor Gunawan Sutrisnadi (kiri) mengunjungi warga binaan mengikuti pelatihan keterampilan tata boga membuat bakso dan sosis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Belum terealisasinya pembangunan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas ) baru sebagai pengganti Lapas Klas IIA Bogor, ternyata sangat berdampak pada kualitas warga binaan Lapas. Sebab, sebanyak 886 warga binaan tersebut dinilai tak mendapat binaan yang cukup selama di Lapas.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Lapas Klas IIA Bogor, Gunawan Sutrisnadi. Dia menegaskan, Lapas yang ideal adalah Lapas yang memiliki fasilitas yang memadai untuk memberikan pembinaan, baik kepribadian atau kemandirian.

Pembinaan kepribadian, lanjut Gunawan, disiapkan agar warga binaan bisa menjadi pribadi yang baik, seperti dalam hal ibadah, kepribadian dan kesehatannya. Kedua, pembinaan kemandirian yaitu dengan adanya pelatihan-pelatihan keterampilan.

"Memang Lapas ini sudah tidak relevan. Melebihi kapasitas, dan fasilitas Lapas saat ini jelas tidak memadai. Kami tidak punya ruang ibadah, baik masjid atau gereja dan lainnya. Ini tentunya berpengaruh pada kualitas warga binaan setelah nanti bebas," jelas Gunawan saat ditemui di kantor Lapas Klas IIA, Paledang, Kota Bogor, Kamis (14/9).

Dengan kondisi serba terbatas, Gunawan mengatakan, aula Lapas seluas 10x6 meter tersebut terpaksa disulap menjadi masjid, gereja, bahkan tempat berolahraga. Tentunya, dengan penggunaan yang bergantian.

"Gantian saja, misalnya kalau shalat jumat berarti warga binaan Muslim yang pakai aula itu. Begitupun kalau ada kegiatan keagamaan agama Kristen, dan lainnya," kata Gunawan.

Selain itu, Gunawan menjelaskan, di Lapas Paledang saat ini hanya memiliki dua ruangan untuk pembinaan kepribadian. Dengan ruangan yang ada, lanjut dia, pihak Lapas hanya mampu memberikan tiga keterampilan saja, yakni menjahit, membuat kue dan membuat kerajinan tangan dari limbah koran.

Salah satu warga binaan yang mengikuti kelas binaan menjahit, Syarifuddin, mengaku sangat terbantu dengan adanya kelas binaan. Kelas binaan tersebut, kata dia, dapat memberikan pembiasaan pada setiap narapidana untuk melakukan hal-hal positif. "Jadi kan di sini jenuh juga, ngapain coba. Kalau begini kan sambil menjahit baju, tas, lumayan dapat penghasilan juga," kata dia.

Namun, dia juga menyesalkan minimnya sarana dan prasarana di Lapas Klas IIA Bogor untuk pembinaan warga binaan. Hal itu, dinilai menjadi faktor tidak maksimalnya minat bakat warga binaan. "Kan tidak banyak pembinaannya, hanya menjahit, bikin kue dan bikin kerajinan. Paling yang aktif gabung di sini juga 20 orangan lah," kata dia. Karenanya, dia berharap rencana pembangunan Lapas baru di kawasan Pasir Jambu dapat segera terealisasikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement