Selasa 12 Sep 2017 17:28 WIB

Kekeringan di Banyumas Meluas, Stok Air Bersih Masih Cukup

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Krisis Air: Penjual mengisi air bersih di depot pengisisan air di Jl. RE Martadinata, Jakarta Utara.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
[ilustrasi] Krisis Air: Penjual mengisi air bersih di depot pengisisan air di Jl. RE Martadinata, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Banyumas, makin meluas. Hal ini menyebabkan petugas BPBD yang bertugas memasok air bersih ke desa-desa yang mengalami kesulitan air besih, harus bekerja lebih keras. "Kami bekerja sejak pagi hingga malam untuk memasok air ke desa-desa yang kekeringan, karena antara lokasi sumber air yang bisa diambil dan lokasi desa terdampak, cukup jauh," jelas Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas Kusworo, Selasa (12/9).

Dia menyebutkan, saat ini lokasi-lokasi desa yang terdampak kekeringan antara lain tersebar di beberapa lokasi yang saling berjauhan. Antara lain, desa-desa yang berada di wilayah Cilongok, Pekuncen, Sumpyuh, dan Purwojati. "Lokasinya, seperti dari ujung ke ujung," jelasnya.

Untuk itu, pihaknya harus membagi armada mobil tangki agar bisa menjankau seluruh desa yang mengalami membutuhkan pasokan air bersih. Demikian juga dalam hal sumber air yang bisa diambil airnya, Kusworo menyatakan, diambilkan dari sumber-sumber air terdekat.

"Seperti untuk pasokan di wilayah Sumpyuh, kami mengambil air dari sumber air di Desa Watuagung Kecamatan Tambak. Hal ini bukan hanya untuk menghemat biaya BBM, tapi juga untuk menghemat waktu," jelasnya. Kalau harus mengambil air dari sumber air PDAM, maka waktu tempuhnya akan menjadi sangat lama.

Mengenai aktivitas dropping yang dilakukan, Kusworo menyebutkan, sejauh ini pihaknya sudah melakukan dropping hingga sekitar 225 tangki berkapasitas rata-rata 5000 liter. Air bersih sebanyak itu, dipasok ke 21 desa/kelurahan yang sudah mengajukan permohonan dropping air bersih.

"Terbaru, wilayah yang kami pasok air bersih adalah beberapa desa di wilayah Sumpyuh. sudah sejak beberapa hari terakhir, warga desa tersebut kesulitan mendapatkan air karena sumur-sumur warga sudah mengering," katanya. Kondisi serupa juga terjadi di beberapa desa wilayah Kecamatan  Purwojati, Cilongkok dan Wangon. 

Mengenai ketersediaan anggaran untuk kebutuhan dropping, Kusworo menyebutkan, pada tahun ini Pemkab Banyumas mengalokasikan anggaran yang cukup untuk melakukan dropping air hingga 2.000 tangki. Sementara sejauh ini, pihaknya baru menyalurkan dropping sebanyak 225 tangki.

"Ketersediaan anggaran yang mampu untuk memasok hingga 2.000 tangki, saya kira akan cukup untuk melakukan droping air hingga musim kemarau berakhir sekitar pertengahan Oktober 2017. Mudah-mudahan saja, kemarau tidak bergeser lebih lama lagi dari perkiraan semula," katanya.

Berdasarkan data tahun 2015 saat terjadi kemarau panjang, Kusworo menyebutkan, pada saat itu terdapat 54 desa yang membutuhkan droping air bersih. Sementara hingga pertengahan September ini, jumlah desa di Banyumas yang membutuhkan droping baru tercatat 21 desa. n eko widiyatno 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement