Senin 11 Sep 2017 22:20 WIB

Sandiaga Ingatkan Rumah Sakit Jangan Sekadar Cari Untung

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi dan Camat  Benda, Kota Tangerang, Teddy Roestendi,  mengunjungi rumah Keluarga Debora, Senin (11/9).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi dan Camat Benda, Kota Tangerang, Teddy Roestendi, mengunjungi rumah Keluarga Debora, Senin (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Sandiaga Uno mengingatkan, rumah sakit (RS) sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan bukan hanya bekerja untuk mencari keuntungan atau profit oriented, tapi ada nilai kemanusiaan terutama untuk situasi darurat.

Sandiaga berencana dalam kepemimpinannya akan melakukan semacam nota kesepakatan bersama dengan rumah sakit yang ada di DKI Jakarta, terutama terkait dengan penanganan pasien yang bersifat emergensi atau darurat. Pernyataan ini terkait kasus bayi Tiara Debora Simanjorang (4 bulan) yang meninggal dunia di IGD RS Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat, lantaran diduga terlambat mendapatkan perawatan di RS itu pada Ahad (3/9),

"Harus ada sebuah instruksi jelas untuk penyelenggara fasilitas kesehatan yang sangat mendasar untuk kemanusiaan agar segera ditolong, apalagi berbicara nyawa," kata Sandiaga, Senin (11/9).

Bayi Debora meninggal di RS Mitra Keluarga Kalideres karena diduga keluarga tidak bisa memenuhi langsung pembayaran di ruang PICU. Peristiwa ini mencuat setelah viral di media sosial terkait penanganan terhadap bayi Debora diduga ada pengabaian oleh pihak RS tersebut.

Orang tua Debora harus membayar uang muka perawatan di ruang PICU sebesar Rp 19,8 juta, tapi mereka hanya memiliki uang Rp 5 juta. Pihak RS menolak uang Rp 5 juta itu dan tetap memaksa agar uang muka dilunasi. Bayi Debora hanya mendapat perawatan di IGD, kondisinya terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia.

Ibunda Debora, Henny Silalahi mengatakan, tujuannya membawa Debora adalah menyelamatkan nyawa anaknya lebih dulu, dan memilih RS Mitra Keluarga yang dituju karena dekat tempat tinggalnya.

"Saya ke UGD, dan mereka memberikan pertolongan pertama itu dengan penyedotan dahak dan dikasih oksigen. Saya curi-curi masuk, saya lihat mereka sudah lakukan. Saya tidak bilang dokter membiarkan, mereka tetap melakukan pertolongan pertama. Dokter Iren, saya dengar ketika penyedotan sudah dilakukan dia (Debora, Red) nangis kencang dan saya berpikir positif," kata Henny.

Henny mengatakan, dokter kala itu mengingatkan agar Debora segera masuk ruang PICU karena bayi tidak boleh di ruangan dingin seperti di UGD. Suami Henny, Rudianto Simanjorang sempat menyodorkan uang sebesar Rp 5 juta, namun karena masih kurang untuk uang muka masuk ruang PICU, Debora tidak sempat menjalani perawatan di ruang tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement