Senin 11 Sep 2017 17:02 WIB

84 Persen Siswa Jawa Tengah Sudah Diimunisasi Rubella

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Israr Itah
Dokter menyuntikkan vaksin campak dan rubella (measles and rubella/MR).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Dokter menyuntikkan vaksin campak dan rubella (measles and rubella/MR).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sebanyak 84 persen siswa sekolah di Jawa Tengah telah mendapatkan imunisasi Measles Rubella (MR). Capaian ini menempatkan Jawa Tengah sebagai daerah tertinggi dalam pelaksanaan imunisasi tersebut di pulau Jawa.

Meski begitu, kekurangan 16 persen siswa yang belum melakukan imunisasi MR ini masih cukup banyak. Sebab sasaran imunisasi program MR bagi anak sekolah di Jawa Tengah mencapai 7,9 juta siswa di bawah usia 15 tahun.

“Sampai dengan 9 September 2017 ini, dari 7,9 juta sasaran program imunsasi MR ini baru mencapai 6,5 juta,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo MKes di Semarang, Senin (11/9).

Menurutnya, program imunisasi MR masih akan berakhir bulan September ini. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terus berupaya melakukan pendekatan agar seluruh sasaran imunisasi program ini mau melakukan imunisasi.

Yulianto mengakui, di Jawa Tengah ini masih ada sejumlah penolakan terhadap imunisasi MR dengan beragam alasan. Padahal ini merupakan upaya pemerintah untuk mengeliminasi virus Rubella dengan sasaran anak- anak usia sekolah maksimal usia 15 tahun di SD, MI sederajat dan SMP, MTS sederajat.

Di Magelang ada sebuah pondok pesantren yang belum mau menerima imunisasi MR dengan jumlah santrinya mencapai 520. Ponpes ini menunggu arahan dari pengelola pusat pondok pesantren tersebut.

Sementara ada juga kelompok masyarakat lain yang justru anti terhadap imunisasi karena mereka berpendapat vaksin dianggap haram. Kelompok itu ada di Simo, Kabupaten Boyolali dan di Kabupaten Wonosobo.

“Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menyatakan bahwa imunisasi campak dan Rubella itu halal; namun mereka lebih berpedoman pada pendapat mereka sendiri dan kelompok ini sudah lama memang anti-imunisasi,” jelasnya.

Kendati begitu, masih kata Yulianto, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berusaha melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada pihak atau kelompok yang masih menolak ini.

Sebab data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, pada tahun 2016 ditemukan 482 kasus warga Jawa tengah yang telah terinveksi Rubella. Sementara sampai dengan Agustus tahun ini sudah ada 243 kasus Rubela.

“Kami akan memaksimalkan waktu yang tersisa ini untuk mengoptimalkan cakupan sasaran, sebelum tahap imunisasi yang sama akan berlanjut di tingkat Posyandu, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan lain pada September ini,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement