Sabtu 09 Sep 2017 15:56 WIB

Diplomasi Minum Teh: Cara Mandela Perangi Kebencian

Nelson Mandela dan istri Winnie saat merayakan bebasnya Mandela dari penjara.
Foto: AP
Nelson Mandela dan istri Winnie saat merayakan bebasnya Mandela dari penjara.

Oleh: Edhy Aruman*

Langkah pertama Nelson Mandela setelah dilantik sebagai Presiden Afrika Selatan adalah mengundang Francois Pienaar, kapten tim rugby nasional Afrika Selatan (Springboks) yang berkulit putih, untuk minum teh dengannya. Itulah titik awal Mandela menghilangkan kebencian antar ras di Afrika Selatan

Pada tahun 1993, puluhan ribu Afrikaner (orang kulit putih Afrika Selatan) bersiap untuk perang. Tiga tahun kemudian, seorang pria bernama Nelson Mandela dibebaskan setelah 27 tahun dipenjara. Dia bukan pahlawan kelompok ini. Afrikaner melihat Mandela sebagai pendiri sebuah organisasi teroris yang mengancam cara hidup mereka dan harus dipenjara. Mereka siap bertempur.

Seperti yang ditulis oleh reporter dan penulis biografi John Carlin, itulah saat Mandela memulai 'latihan yang paling tidak mungkin dalam godaan politik yang pernah dilakukan.'  Dibebaskan dari penjara, Mandela tidak membenci dan memusuhi orang-orang yang memenjarakannya. Dia malah mengundang para pemimpin Afrikaner (orang kulit putih Afrika Selatan) untuk minum teh dan mendengarkan keprihatinan mereka. Kemudian, dia membujuk mereka untuk meninggalkan senjata dan kekerasan mereka. Pertarungan tidak pernah terjadi.

Setahun kemudian, Mandela dilantik sebagai Presiden Afrika Selatan dan berjanji untuk membangun  rekonsiliasi untuk meredakan ketegangan rasial antara orang kulit putih dan orang kulit hitam sebagai prioritas nomor satu. Entah bagaimana, dia harus mengatasi beberapa dekade kebencian dan meyakinkan orang-orang bahwa dia siap mati demi keinginannya untuk melihat orang satu sama lain sebagai saudara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement