REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan kiai Kota dan Kabupaten Pasuruan atau wilayah 'Tapal Kuda' Jawa Timur menitipkan surat kepada Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah untuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Isi surat tersebut adalah nama calon gubernur Jatim mereka usung.
Penyerahan surat itu dilakukan saat Ahmad Basarah selaku utusan khusus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melakukan silaturahim ke Pondok Pesantren Byt Al Hikmah pimpinan KH Idris Hamid, di Pasuruan, Jatim, Jumat (8/9).
Basarah dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, menyampaikan aspirasi mengenai politik nasional dan juga upaya kebersamaan Nahdliyin-PDI Perjuangan dalam mengusung calon di Pilkada Jawa Timur.
"Surat dari Kiai Idris mewakili bapak-bapak kiai ini akan saya sampaikan kepada Ibu Megawati, besok hari Minggu di Malang karena kebetulan memang ada rapat kerja Tiga Pilar Partai," kata Basarah, saat menerima surat tertutup dari KH Idris Hamid.
Puluhan kiai yang hadir dalam silaturahim itu di antaranya KH Irsyad Muchdhor, Kiai Ikhya', KH Said Kholil, KH Abd Hadi, KH Alwi Ahmad Sahal, dan KH Abd Hayyi. Adapun Basarah didampingi Sekjen Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi PDI Perjuangan) Falah Amru dan Ketua DPP Bamusi Nu'man Bashori, serta Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim, Kusnadi.
Basarah mengatakan, ia diutus secara khusus oleh Megawati untuk menyampaikan pesan penting dan ajakan kebersamaan kepada NU dalam hal-hal strategis kebangsaan. Pertama, karena NU dan nasionalis memang sudah punya hubungan baik sejak sebelum negara Indonesia merdeka.
Dijelaskannya, sejak awal merebut kemerdekaan dari penjajahan, NU dan nasionalis sudah bersama-sama dan menjadi kekuatan besar yang berperan memerdekakan bangsa Indonesia. Pada 1926 lahir NU, kemudian tahun 27 Bung Karno mendirikan PNI. Setahun berikutnya yaitu 1928 lahir Sumpah Pemuda yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Indonesia.
"Itu artinya, kebersamaan Bung Karno dan Mbah Wahid Hasyim telah mengantarkan kemerdekaan Indonesia, yang pada akhirnya dideklarasikan pada 17 Agustus 1945," jelas Basarah.
Kebersamaan itu, kata Basarah, harus terus ditradisikan. Apalagi di tengah adanya upaya dari pihak-pihak yang ingin merongrong Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.
"Kebersamaan inilah yang ditekankan Ibu Megawati, untuk terus ditradisikan. Ketika di akar rumput, marhaen dan nahdliyin bersatu, maka kata Ibu Megawati, segala ancaman di depan kita, entah itu paham yang membawa khilafah, entah yang bawa liberalisme, maka Pancasila akan dapat kita jaga kelestariannya, dan kita implementasikan dalam kehidupan bangsa dna bernegara," ujarnya.
Mengenai Pilkada Serentak 2018, kata dia, Megawati berpesan dan mengajak Kiai NU dalam mensukseskan Pilkada Serentak 2018, khususnya di Jatim. "Agar pilkada di sini berjalan aman, lancar, damai, tanpa ada sedikitpun gesekan, apalagi benturan, terlebih mengatasnamakan suku, agama dan golongan," ujarnya.
Soal siapa yang bakal diusung PDI Perjuangan, Basarah menyampaikan bahwa saran dan masukan dari Kiai NU, khususnya nama yang ada dalam surat tertutup dari KH Idris Hamid, tentunya akan menjadi pertimbangan penting Megawati.
"Ini sebuah langkah awal, untuk terus bergandengan tangan. Mudah-mudahan, bukan hanya di Jatim, tetapi juga di setiap tempat dan waktu PDI Perjuangan dan NU selalu bergandengan, seperti juga yang dilakukan Bung Karno dan Kiai NU terdahulu," katanya.
Sementara itu, KH Idris Hamid menyampaikan apresiasinya atas apa yang dilakukan PDI Perjuangan mengajak diskusi para kiai dan ulama dalam pengambilan keputusan politik yang begitu penting. Apa yang dilakukan PDI Perjuangan untuk menjalin silaturahmi dan berdiskusi dengan Kiai NU mengingatkan Bung Karno dulu.
"Perjuangan para pendiri bangsa, hubungannya cukup dekat, saat Pak Karno sudah jadi Presiden, mau angkat menteri saja minta pendapat Kiai Wahab (KH Wahab Chasbullah). Tradisi konsultasi dengan ulama seperti dilakukan Bung Karno ini sangat penting. Ini momentum untuk mengembalikan tradisi Soekarnoisme," ucapnya