REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, pihaknya siap mengirimkan pasukan perdamaian untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingnya di Myanmar. Meski demikian, kepastian pengiriman pasukan tersebut harus sesuai kesepakatan dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Gatot menjelaskan, kemungkinan mengirimkan pasukan perdamaian ke negara konflik pasti ada. "Sebab Undang-undang (UU), kita mewajibkan (hal itu). Namun, semua tergantung kepada PBB. Sebab pasukan perdamaian berada di bawah kendali PBB," katanya di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (8/9).
Gatot melanjutkan dalam konteks ini, TNI selalu mempersiapkan pasukannya. Dengan begitu, jika kapan pun diperlukan, pasukan perdamaian dari Indonesia sudah siap berangkat. Saat disinggung lebih lanjut tentang waktu pemberangkatan pasukan, Gatot menyatakan belum ada rencana. Dia hanya memastikan bahwa TNI siap jika diminta PBB.
"Belum ada rencana, tapi kami siap setiap saat PBB meminta. Siap dengan senang hati," ujarnya.
Seperti diketahui, kekerasan di Myanmar meletus di negara bagian Rakhine di Myanmar pada 25 Agustus lalu. Saat itu pasukan keamanan negara tersebut melancarkan operasi terhadap komunitas Muslim Rohingya.
Krisis kemanusiaan di Myanmar masih terus berlanjut hingga kini. Sejumlah pihak telah menyerukan agar pemerintah mengirim bantuan tentara ke Rakhine. Bantuan kemanusiaan dan dukungan diplomasi dianggap belum cukup untuk menhentikan kekerasan di Myanmar.