REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Ribuan umat Muslim di Lampung yang tergabung dalam Gerakan Nasional Penyelamat Muslim Rohingya (GNPMR) tumpah ruah di Bundaran Tugu Adipura Kota Bandar Lampung, Jumat (8/9) usai Shalat Jumat. Mereka mengecam tindakan Pemerintah Myanmar yang melakukan pembunuhan terhadap umat Muslim di Rohingya.
Aksi damai umat Muslim dari puluhan elemen dan organisasi massa keislaman termasuk mahasiswa dan anak sekolah seperti SMA Islam Terpadu Daarul Ilmi di Lampung turun ke jalan-jalan protokol kota.
Sebelum tiba di Bundaran Tugu Adipura, massa mayoritas berpakaian putih-putih untuk laki-laki dan hitam untuk perempuan melakukan long march dari Masjid Taqwa di Jalan Kotaraja menuju Jalan Radin Intan hingga berakhir di bundaran Tugu Adipura.
Atribut organisasi dan elemen massa berkibar di tugu tersebut. Spanduk dan banner terpampang mengutuk, mengecam, dan mengancam pembunuh Muslim Rohingya terpajang.
Peserta aksi damai juga mengedarkan kotak amal sedekah untuk meringankan para pengungsi dan warga Rohingya. Meski ribuan umat turun ke jalan, arus lalu lintas tetap lancar, dan tidak terdapat bekas sampah para peserta aksi.
Para pimpinan organisasi dan elemen keislaman di Lampung bergantian memberikan orasinya. Para perwakilan pimpinan yang berorasi diantaranya berasal dari Gerakan Mubalig Indonesia GMI), HMI, Hidayatullah, dan lainnya, termasuk Sastrawan dari Lampung Isbedy Stiawan ZS.
“Sesama umat Muslim kita saudara. Bila ada seorang saja umat Muslim yang disakiti, maka semua umat Muslim di mana pun berada juga merasakan sakit. Tak terkecuali Muslim di Rohingya yang dibunuh biksu dan militer Myanmar,” kata Zainuddin, perwakilan GMI Lampung.
Menurut dia, tindakan para biksu dan militer Myanmar terhadap warga Muslim Rohingya termasuk ibu-ibu yang hamil, anak-anak, bayi, dan perempuan menjadi korban kebrutalan mereka, sepatutnya mendapat tindakan yang setimpal. “Ini bukan lagi manusia, yang menindas ibu yang sedang hamil,” katanya.
Sebelum membacakan puisinya berjudul “Doa Anak-anak Rohingya”, Sastrawan Lampung Isbedy Stiawan ZS mengecam tindakan seseorang yang didaulat dunia sebagai penerima nobel perdamaian yang saat diwawancarai wartawan Muslim, bahwa kejadian di Rohingya bukan urusan negara lain.
“Ini tak pantas diucapkannya, tatkala terjadi tragedi kemanusiaan,” kata Isbedy yang dikenal Paus Sastra Lampung.
Koordinator aksi, Cucu Mulyono mengatakan, aksi tersebut untuk menyuarakan ke publik bahwa telah terjadi perbuatan yang keji dan biadab terhadap saudara sesama umat Muslim di Rohingya, Myanmar. Kekerasan yang keji dan biadab tersebut, katanya, tidak sesuai dengan hak asasi manusia dan Pancasila.