REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia menggelar aksi 'Selamatkan Muslim Rohingya' di Bundaran HI dan berjalan ke depan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta pada Rabu (6/9) siang. Massa aksi mendesak Kedutaan Besar Myanmar segera angkat kaki dari Indonesia. Sebab, bangsa Indonesia tidak mau bersahabat dengan penguasa yang kejam.
"Kita ketemu dengan Duta Besar (Myanmar), kita minta Kedubes ini ditutup, sementara. Kedua, benderanya diturunkan. Ketiga, dia harus menghentikan segala bentuk kekerasan dan genosida yang dilakukan di Rohingya," kata Tim Advokasi GNPF MUI, Kapitra Ampera kepada Republika.co.id usai bertemu dengan Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, Rabu (6/9).
Kapitra mengatakan, Dubes Myanmar mengaku tidak bisa pulang ke Myanmar. Sebab, situasi di Myanmar sudah sangat kritis. Karena itu, masyarakat Indonesia perlu meminta ketegasan Pemerintah Indonesia bahwa kekerasan yang menimpa Muslim Rohingya harus dihentikan.
Bahkan, bantuan-bantuan dari dunia Internasional untuk etnis Rohingya tidak diterima. "Saya katakan, Anda harus keluar dari sini, kita tidak mau bersahabat dengan negara, pemerintah yang dikelola dengan hati serigala," ujarnya.
Kapitra menjelaskan, Dubes Myanmar bisa memahami apa yang disampaikan masyarakat Indonesia. Kemudian, mereka mencari pembenaran dengan mengatakan ada kelompok ekstremis yang menyerang. Perwakilan massa aksi 'Selamatkan Muslim Rohingya' menegaskan, kalau memang yang terjadi di Myanmar adalah perang, lantas kenapa anak-anak Rohingya menjadi korban.