Sabtu 02 Sep 2017 18:26 WIB

Puluhan Warga Sukabumi Keracunan Usai Konsumsi Satai Kurban

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Hazliansyah
Keracunan massal (ilustrasi)
Foto: Antara
Keracunan massal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kasus keracunan massal menimpa puluhan warga di Kampung Pasir Angin, Desa Kutajaya, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi Sabtu (2/9). Diduga, warga mengalami gejala keracunan seperti mual-mual, muntah, dan pusing setelah makan daging kurban yang dibuat satai.

Informasi yang diperoleh dari warga menyebutkan, waga membuat satai pada Jumat (1/9) malam. Sebelumnya, warga mendapatkan pembagian daging kurban pada Jumat sore.

Warga mulai mengalami gejala keracunan sejak Sabtu pagi dan dibawa ke Puskesmas Cicurug untuk mendapatkan penanganan medis. Data sementara dari puskesmas menyebutkan ada 33 warga yang mengalami gejala keracunan.

Salah seorang warga yang mengalami gejala keracunan Ramdani (33 tahun) mengatakan, pada Jumat malam warga di kampungnya memang secara bersama-sama membuat sate dan mengkomsumsinya. "Setelah pulang ke rumah, saya merasa mual-mual sekitar pukul 03.00 WIB," kata dia.

Gejala tersebut kata Ramdani ternyata dialami sejumlah warga lainnya yang juga menyantap satai. Sebagian dari warga dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis.

Kepala Desa Kutajaya, Ujang Royani menambahkan, warga yang mengalami gejala keracunan diduga setelah memakan satai pada Jumat malam. "Namun penyebab pasti keracunan masih ditelusuri petugas di lapangan," imbuh dia.

Ujang mengatakan, kini petugas fokus untuk penanganan warga yang keracunan.

Kepala Puskesmas Cicurug, Teddi Mulyadi mengatakan, tim medis puskesmas sudah berupaya maksimal menangani warga yang diduga keracunan satai. Menurut dia, sebagian korban keracunan sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.

Para pasien keracunan ujar Teddi telah diberikan infus antibiotik, obat pencahar, dan obat panas. Lebih lanjut dia menuturkan, penyebab terjadinya keracunan masih belum bisa dipastikan berasal dari daging atau bumbu satai. Petugas harus lebih dulu memeriksa sampel makanan di laboratorium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement