REPUBLIKA.CO.ID, Sungguh sangat kagum, apabila memperhatikan keseharian warga keturunan Indonesia di New Caledonia. Meskipun sudah merupakan keturunan campuran setempat, baik berkulit hitam, putih, coklat dan sipit, akan tetapi budaya Jawa tumbuh dan berkembang jauh di negeri seberang laut Pasifik Selatan. Akankah hilang terkikis di tanah kelahirannya?
New Caledonia adalah sebuah negara di Pasifik Selatan, merupakan satu dari 9 wilayah seberang lautan (teritori) Prancis yang tersebar di seluruh dunia. Dengan status ini, walau berada di Pasifik, New Caledonia merupakan wilayah Prancis dan mengikuti hukum dan adminsitrasi Prancis. Seluruh warga setempat adalah Warga Negara Prancis termasuk diaspora Indonesia yang telah beralih kewarganegaraan.
Salah satu hal budaya yang masih sangat kelihatan adalah penggunaan nama seseorang. Di belahan dunia manapun nama menjadikan ciri khas seseorang sebagai warisan budaya yang memberikan ciri kearifan lokal. Misalnya, Tambunan (Medan), Huang (China), Yayah Komariah (Sunda), Made (Bali), Kartodimedjo (Jawa), dll. Tetapi bukan saja mempertahankan sebuah nama asli leluhurnya, akan tetapi di tengah era globalisasi saat ini mereka masih mampu mempertahankan seni dan budaya jawanya.
Sementara di New Caledonia pun yang jauh dari tanah kelahiran nenek moyangnya masih mampu mempertahankan dan melestarikan seni dan budaya tersebut. Hal ini terbukti dari pagelaran rangkaian kegiatan Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI tahun 2017.
KJRI Noumea bekerjasama dengan Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) menyelenggarakan Journee Recreative (Hari Rekreasi) pada 27 Agustus 2017 di Wisma Masyarakat Indonesia, Robinson. Journee Recreative merupakan agenda rutin tahunan sebagai wahana hiburan bagi keluarga besar komunitas Indonesia di New Caledonia.
Acara dihadiri sekitar 2.000 pengunjung dari berbagai etnis keturunan yang antusias menyaksikan pentas seni budaya Indonesia, sambil berbelanja kerajinan, aksesoris, kuliner dan produk Indonesia. Komunitas keturunan Indonesia yang membuka stand, antara lain: Asosiasi Paita, Asosiasi La Foa, Asosiasi Katolik Indonesia, Persatuan Umat Islam Masyarakat Indonesia di Kaledonia Baru (PUIMIK), Asosiasi Dakwah Sosial, Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) dan Dharma Wanita Persatuan KJRI Noumea.
Stand yang menjual makanan khas Indonesia paling laris dikunjungi setelah acara dibuka pada pukul 09.00. Para pengunjung antri untuk membeli sate ayam, soto, bakso, gado-gado, nasi bakar, bakmi goreng, mie ayam, rendang, siomay, pempek, tape ketan, wajik, lapis, bakwan, klepon, es buah dan es campur serta berbagai jajanan pasar khas Indonesia.
KJRI Noumea juga membuka stand informasi untuk mempromosikan ekonomi, seni budaya, pariwisata Indonesia dan warung konsuler kepada masyarakat New Caledonia. Disamping itu, KJRI juga telah menerbitkan majalah buletin Calinedos. Majalah informasi tentang Kontrak Orang Jawa penulis Catherine Adi (diaspora), Bea Siswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) dan Wonderfull Indonesia lainnya yang telah dibagikan secara gratis kepada masyarakat serta stand informasi Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) yang memaparkan sejarah pertama kali kedatangan orang Indonesia ke New Caledonia sejak tahun 1896.