Rabu 30 Aug 2017 09:54 WIB

Produksi Kopi Lampung Turun 40 Persen

Kopi Lampung (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Kopi Lampung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Produksi kopi robusta dari Provinsi Lampung pada tahun ini turun sekitar 30 hingga 40 persen akibat cuaca ekstrem pada tahun lalu.

"Tahun lalu curah hujan cukup tinggi sehingga merontokkan bunga bakal buah kopi dan mengakibatkan produksi tanaman kopi di Lampung khususnya Lampung Barat turun," kata Wakil Ketua Bidang Dalam Negeri Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Teddy Suryana, di Bandarlampung, Rabu (30/8).

Ia menyatakan bahwa ritme produksi kopi Lampung tahun ini juga berbeda dibandingkan tahun lalu, dengan kondisi tahun lalu produksinya merata. Sedangkan pada tahun ini produksi tanaman kopi tidak merata.

Menurutnya, tahun lalu produksi tanaman kopi di Lampung sporadis, artinya tanaman kopi hampir semuanya berbuah. Sedangkan pada tahun ini panennya berselang.

Dia menjelaskan, akibat cuaca ekstrem tersebut seharusnya panen kopi di Lampung berlangsung Juli, Agustus, dan September. Namun tahun ini panennya bisa mundur hingga November.

"Panen selang itu contohnya bulan Agustus panen, nanti bulan berikutnya panen lagi, karena tidak semua batang kopi memiliki buah siap petik," ujarnya pula.

Teddy yang juga pengekspor kopi itu mengatakan, akibat cuaca ekstrem tersebut membuat panen tahun ini tidak maksimal.

Menurutnya, rata-rata produksi kopi di Lampung mencapai 1 ton per hektare, tetapi tahun ini turun 30 hingga 40 persen.

Terkait harga kopi saat ini, ia mengatakan untuk tingkat petani harganya mencapai Rp24.000 hingga 25.000/kg. Sedangkan harga di tingkat basis atau pengekspor mencapai Rp28.200/kg.

Secara nasional produksi kopi robusta di Tanah Air 70 persen berasal dari Lampung dan beberapa daerah lainnya di Sumatera bagian selatan seperti, Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan.

"Total produksi kopi robusta secara nasional sebesar 650 ribu ton dan 70 persennya berasal dari Lampung maupun wilayah Sumbagsel," kata Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) AEKI Irfan Anwar.

Ia menyebutkan, dari total produksi 650 ribu ton sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sisanya untuk ekspor.

Menurutnya, ekspor biji kopi robusta secara nasional sebanyak 350 hingga 400 ribu ton, dan dari total ekspor itu Lampung menyumbang sekitar 170 ribu ton biji kopi robusta untuk diekspor.

Produksi kopi yang cukup besar itu, lanjutnya, membuat Lampung menjadi daerah yang sangat startegis, sehingga pada sekitar tahun 1980-an negara lain banyak belajar dari Provinsi Lampung mengenai budi daya kopi robusta.

Irfan menjelaskan, di Provinsi Lampung ada sekitar 163 ribu hektare lahan perkebunan kopi dengan 230 ribu kepala keluarga yang hidup dalam perkopian, sehingga membuat Lampung menjadi barometer yang sangat strategis untuk perkopian di Indonesia.

Menurutnya, Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-4 pengekspor kopi dunia di bawah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement