Selasa 29 Aug 2017 19:35 WIB

Sawah di Sekitar Irigasi Teknis Diminta Percepat Masa Tanam

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fernan Rahadi
Irigasi
Irigasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Pemerintah terus berupaya menggenjot hasil produksi gabah petani dengan melakukan percepatan masa tanam. Seperti yang terjadi di Kabupaten Banyumas, petani yang memiliki lahan di sekitar wilayah irigasi teknis bendungan Sungai Tajum, agar segera mulai memulai musim tanam.

''Kita memang berharap gar petani yang memiliki sawah di sekitar irigasi Tajum untuk memulai musim tanam pada September 2017 ini. Jadi tidak perlu menunggu sampau musim hujan yang diperkirakan baru berlangsung pada akhir Oktober 2017,'' jelas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Widarso, Selasa (29/8).

Menurutnya, untuk sementara ada 200 hektar sawah di sekitar daerah irigasi Tajum, yang bisa segera memulai musim tanam. ''Lokasi sawah, terutama di sekitar wilayah Kecamatan Jatilawang. Kalau daerah lain, sepertinya belum memungkinkan karena ketersediaan air yang diperkirakan belum mencukupi,'' jelasnnya.

Dia mengakui, program percepatan tanam tersebut akan terus menyebabkan serangan hama tidak terputus. Terlebih karena pada masa tanam sebelumnya, telah terjadi ledakan serangan hama wereng yang menyebabkan produksi gabah menurun sehingga merugikan para petani.

Namun dia menyebutkan, untuk mengatasi kemungkinan adanya serangan hama tersebut, pihaknya akan menyediakan benih padi yang relatif tahan hama, khususnya wereng. Selain itu, areal persawahan di wilayah daerah irigasi Tajum juga sudah panen cukup lama, sehingga diperkirakan sudah cukup untuk memutus siklus hama.

''Di wilayah daerah irigasi Tajum, panen sudah berlangsung sejak dua bulan lalu. Jadi saya kira, waktu lahan bero selama itu, sudah cukup untuk memutus siklus hama,'' jelasnya.

Program percepatan tanam ini, juga diminta pemerintah daerah Cilacap terhadap petani yang mendapat pengairan dari saluran irigasi Sungai Serayu. Seperti areal persawahan di wilayah Kecamatan Sampang dan Maos, juga diminta agar segera memulai musim tanam sehingga panen bisa dilakukan pada paling lambat pada akhir tahun.

Terkait kebijakan percepatan tanam ini, aktivis pertanian di Banyumas Kukuh Rasiyanto, menyebutkan program percepatan tanam seperti ini dikhawatirkan akan melanggengkan serangan hama yang sebelumnya sempat meledak. Seperti serangan hama wereng yang marak pada musim sadon lalu, antara lain juga disebabkan oleh pola tanam padi yang dilakukan tanpa henti.

''Tahun 2016 yang didominasi cuaca kemarau basah, menyebabkan sawah terus menerus menerus ditanamai padi. Pola tanam padi ini berlangsung hingga awal 2017, sehingga kemudian terjadi ledakan serangan wereng,'' katanya.

Dia menyebutkan, pola tanam terbaik dalam setahun yang seharusnya diterapkan petani adalah dengan menerapkan pola tanam padi-padi-palawija. Tujuan pola tanam seperti, bukan hanya untuk memutus rantai perkembangan-biakan hama saja. Melainkan juga untuk memberi kesempatan tanah sawah untuk memulihkan kesuburannya. 

Kukuh mengakui, kebijakan pemerintah yang meminta petani untuk terus menerus menanam sawahnya dengan padi, bertujuan untuk meningkatkan produksi. Sekali pun akhirnya terjadi serangan hama, paling tidak ada lahan yang bisa diselamatkan sehingga masih bisa panen dan berkontribusi terhadap target produksi. 

Namun dia mengingatkan, yang menanggung resiko kerugian bila terjadi gagal panen adalah petani. ''Seperti yang terjadi pada musim panen kemarin, banyak petani yang mengalami kerugian karena tidak panen atau hasil panennya anjlok. Padahal, biaya perawatan tanaman pada saat terjadi serangan hama akan meningkat berlipat-lipat karena petani harus lebih sering membeli obat pestisida,'' jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement