Ahad 27 Aug 2017 15:09 WIB

Gus Yaqut: Mayoritas Jangan Hanya Diam!

Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas meyampaikan paparannya pada Dialog Pencegahan Faham Radikal Terorisme dan ISIS bagi Pemuda Ansor se- Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Semarang, Kamis (28/4).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas meyampaikan paparannya pada Dialog Pencegahan Faham Radikal Terorisme dan ISIS bagi Pemuda Ansor se- Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Semarang, Kamis (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU – Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menegaskan bahwa keberagamaan merupakan sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Karena keberagaman inilah yang menyatukan bangsa Indonesia menjadi besar.

Menurut Gus Yaqut, sapaan akrabnya, Indonesia didirikan seluruh komponen bangsa, berbagai agama, suku, etnis, dan kelompok, termasuk para kiai Nahdlatul Ulama. Sehingga, tidak pada tempatnya jika ada kelompok yang ingin menyeragamkan Indonesia dan menghilangkan keberagaman yang ada.

"Seluruh komponen bangsa turut mendirikan Indonesia. Ada agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dll. Ada suku Jawa, Sunda, Batak, etnis Tionghoa, dan lainnya. Jadi Indonesia itu milik semua," tegas Gus Yaqut, di hadapan ratusan orang berbagai kelompok masyarakat yang menghadiri acara Menjaga Indonesia: Kongkow Bareng Gus Yaqut, di Hotel Alpha, Pekanbaru, Riau, Sabtu (26/8).

Dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Panglima Tertinggi Banser NU tersebut mengatakan, jika kemudian ada kelompok atau pihak-pihak yang merongrong persatuan, kebhinnekaan, dan ingin mengganti negara menjadi khilafah islamiyah, maka sudah semestinya seluruh komponen masyarakat melawan. Ia menjelaskan, saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi tiga masalah besar, yakni masalah konsensus nasional, klaim keagamaan, dan masalah mayoritas yang lebih memilih diam.

Dalam hal konsensus nasional, Gus Yaqut mengatakan hal tersebut terlihat dari pihak yang menentang terbitnya Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Ormas. Padahal, perppu tersebut untuk melindungi NKRI dari kelompok radikal, yang bertujuan mengganti negara. Selanjutnya, ujar dia, masalah klaim keagamaan. Saat ini muncul kelompok mengatasnamakan Islam, memerangi pihak yang tidak sama dengan mereka.

"Seakan-akan yang tidak seperti mereka bukan Islam dan harus diperangi, dan non muslim dibilang kafir. Klaim keagamaan yang sesat ini bisa menjadi ancaman keberagaman NKRI," kata Gus Yaqut.

Masalah ketiga, fenomena diamnya mayoritas atas situasi ini. "Sebenarnya sebagai mayoritas kita memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi kaum minoritas yang ingin merongrong NKRI.

Saya berharap masyarakat jangan diam lagi menghadapi persoalan bangsa, khususnya menghadapi kelompok-kelompok radikal dan intoleran. Jumlah kita ini besar dibanding mereka. Ayo, jangan takut, bersama kita hadapi mereka. Apalagi mereka tidak punya jejak sejarah dalam mendirikan negara ini," tegas Gus Yaqut.

Karena itu, lanjutnya, sudah menjadi tugas Ansor dan Banser untuk tetap menjaga Indonesia dengan kebhinnekaan. Bagi Ansor dan Banser, menjaga Indonesia sama dengan menjaga warisan kiai-kiai NU yang ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement