REPUBLIKA.CO.ID, SARILAMAK, SUMBAR -- Masyarakat yang terdampak banjir pada dua nagari (desa adat) di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar), masih kesulitan air bersih pascabencana banjir disertai tanah atau galodo yang melanda daerah itu, Kamis (24/8) dini hari.
Camat Lareh Sago Halaban, Limapuluh Kota, Elfi Zen saat dihubungi dari Payakumbuh, Kamis, mengatakan kesulitan air bersih ini disebabkan empat saluran PDAM dan Pansimas rusak akibat bencana tersebut.
Ia menerangkan keempat saluran itu menjadi sumber pokok masyarakat setempat untuk mendapatkan air bersih, disamping sumur dan mata air.
Dalam mengatasi kesulitan air bersih itu, sebutnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengirim armada untuk mengangkut air bersih dari daerah tetangga dan mendistribusikannya ke masyarakat. "Melihat kondisi seperti itu, tadi pagi BPBD langsung mengirim mobil untuk menyuplai air," terangnya.
Sebelumnya Sekretaris BPBD setempat Nur Akmal mengatakan bencana itu terjadi pukul 02.00 dini hari itu melanda empat jorong pada dua nagari.
Keempat jorong itu, satu di Nagari Batu Payuang yakni Jorong Subarang Aia dan tiga di Nagari Balai panjang, yaitu Tampuang Kodok, Tareh, dan Lurah Bukik
Sementara ketinggian air mencapai 30 hingga 40 centimeter atau setinggi lutut orang dewasa dan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.