Kamis 24 Aug 2017 18:13 WIB

Emil Masih Tunggu Hasil Istikharah Bima Arya

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Karta Raharja Ucu
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Bogor Bima Arya.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Bogor Bima Arya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bakal calon gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil saat ini, masih menunggu jawaban Wali Kota Bogor Bima Arya untuk bersanding dalam pelaksanaan Pilgub Jabar 2018 mendatang. Menurut pria yang akrab disapa Emil mengaku telah berkomunikasi dengan Bima Arya untuk menanti jawaban dari kader PAN tersebut. Namun, menurut Emil, saat ini Bima Arya masih istikharah untuk memutuskan maju sebagai calon wakil gubernur (cawagub) atau tetap menjadi wali kota Bogor.

"Saya sudah komunikasi. Kang Bima sedang istikharah," ujar Emil seusai kegiatan Bandung Menjawab dalam persiapan Karnaval Kemerdekaan Pesona Parahyangan di Taman Sejarah, Jalan Aceh, Kota Bandung, Kamis (24/8).

Selain itu, kata Emil, keputusan koalisi partai juga menentukan apakah pasangan tersebut bisa terealisasi. "Kalau Kang Bima mau belum tentu jadi, kan koalisinya juga harus merestui. Kalau koalisi tidak merestui dia (Bima Arya) ya tidak bisa," katanya.

Emil mengatakan, takdir berpasangan dengan Bima Arya adalah kesepakatan bersama dengan partai politik lain yang akan berkoalisi. Namun, persoalannya, parpol ini mengajukan masing-masing kader untuk menjadi cawagub.

"Waktu Rakernas PAN kan udah dijawab. Saya sudah tanya kalau takdir memang harus dengan PAN berkoalisi dan disetujui oleh partai lain. Tapi,  PAN juga ada dua kader yang diusulkan Bima Arya dan Desy Ratnasari," kata Emil.

Melihat dari dua figur yang diusulkan PAN, kata Emil, Bima Arya adalah memang pilihannya. Ia menilai, pilihan itu menjadi yang paling realistis untuk menghadapi Pilgub Jabar 2018 mendatang.

"Kalau dilihat dari sisi yang dibutuhkan Bima Arya yang diperlukan. Kang Bima sudah jadi Wali Kota Bogor dan memiliki elektabilitas serta popularitas tinggi," katanya.

Emil menilai, calon kepala daerah harus memiliki kapabilitas dan popularitas. Jika, satu di antara itu tidak bisa dipenuhi maka akan menjadi ketimpangan. Karena ada orang yang punya kapabilitas tapi tidak populer. Di sisi lain, ada orang populer tapi tidak punya kapabilitas.

"Nah menjadi pemimpin daerah harus dua-duanya, ya populer ya punya kapabilitas keduanya saya lihat dimiliki oleh Bima Arya," kata Emil.

Munculnya nama Bima Arya sebagai pilihan Ridwan Kamil, membuat balon gubernur Jabar yang diusung Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini terus melakukan pendekatan dengan sejumlah parpol. Namun, Emil mengakui komunikasi politik untuk mencari kesepakatan tidak mudah dilakukan. Karena, memerlukan kesepahaman politik dan menyatukan visi agar terjadi koalisi yang mapan.

"Saya masih terus berkomunikasi dengan parpol lain. Tidak mudah dalam menyatukan berbagai partai dalam politik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement