REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshidiqie kembali mengeluarkan buku barunya yang berjudul "Konstitusi Kebudayaan dan Kebudayaan Konstitusi" pada Rabu (23/8) di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat, Tangerang Selatan. Buku tersebut adalah buku ke-60 yang ditulis Jimly.
"Saya mengucapkan selamat kepada Pak Jimly atas peluncuran buku ini," ucap Din Syamsuddin, Rabu (23/8) yang juga menjadi pembicara dalam peluncuran buku tersebut.
Din menilai buku dan pemikiran Jimly Asshidique sangat penting karena masyarakat sering terjebak dalam formalitas, normativitas, mengaku berkonstitusi tetapi tidak mengamalkan konstitusi.
"Nalar-nalar yang rancu seperti ini berbahaya bagi kehidupan bernegara, maka pembudayaan konstitusi yang disarankan Pak Jimly ini penting tidak hanya untuk rakyat luas tapi untuk elite," tutur Din kepada wartawan usai acara.
Sementara itu Jimly mengatakan bahwa isu konstitusi kebudayaan dan kebudayaan konstitusi kurang mendapat perhatian dari sarjana hukum. "Apalagi ahli tata negara, mana ada buku yang menulis kebudayaan konstitusi dan konstitusi kebudayaan?," tanya Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Berangkat dari kurangnya perhatian terhadap isu kebudayaan tersebut akhirnya Jimly memutuskan untuk menulis buku yang terdiri dari tujuh bab tersebut.
"Saya mengajak kita untuk membaca konstitusi itu dengan culture dan pada saat yang sama kita juga harus membudayakan menjadikan itu sebagai perilaku sehari-hari," ajak Jimly. Dalam acara tersebut juga dihadiri Rektor UMJ, Syaiful Bakhri, Bachtiar Effendi, dan mantan Duta Besar RI untuk Denmark dan Lithuania, serta Bomer Pasaribu, dosen-dosen UMJ.