REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI--- Sekitar lima tahun lalu, Desa Karanganyar di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali belum banyak dikenal orang. Tetapi, setalah warga sekitar mengoptimalkan lahan perkebunan dengan budidaya buah durian, desa yang terletak di kaki gunung merapi itu kini justru jadi destinasi wisata edukasi baru di sektor holtikultura di Boyolali.
Sebelumnya, petani sekitar hanya menanam pohon sengon dan ketela di kebunnya. Pemerintah desa Karanganyar kemudian mendorong warga untuk gotong royong mengelola lahan kas desa untuk budidaya pohon durian. Warga yang antusias kemudian kemudian membentuk kelompok tani dengan bimbingan dan pembinaan budidaya pohon durian dari Yayasan Obor Tani.
Kegiatan itu pun diketahui Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang langsung memberikan bantuan untuk pembuatan waduk mini bergeomembrn volume 10 ribu meter kubik untuk pengairan lahan terutama saat musim kemarau. PT Pertamina (Persero) melalui dana CSR-nya juga turut memberikan bantuan dana pembangunan fisik dan pemberdayaan selama 3,5 tahun untuk pengembangan budidaya pohon durian.
Kini, Di Desa itu ada sekitar 20 hektare lahan yang dijadikan budidaya pohon durian. Sebanyak 4 hektare di antaranya merupakan lahan milik kas desa yang di tanami 400 pohon durian. Lahan kas desa itu kemudian dikelola 121 petani sekitar. Sedangkan sisanya merupakan lahan pribadi milik warga yang turut membudidayakan pohon durian dengan total 2.400 pohon. Kepala desa Karanganyar, Purwoko mengatakan, pada panen teraakhir yakni 2015, setiap pohon mampu menghasilkan sekitar 35 buah. Buah durian itu pun di jual pada tengkulak dengan harga Rp 35 ribu per kilogramnya.
“Alhamdulillah, hasilnya kita ada pemasukan untuk kas desa untuk pembangunan dan kegiatan desa lainnnya. Warga dari lahan pribadinya juga mendapat hasil lebih dari pada ditanam sengon. Dari warga petani biasa jadi warga petani modern,” kata Purwoko kepada Republika beberapa hari lalu.
Suryo, salah satu petani sekitar, mengatakan berhasilnya penanaman budidaya pohon durian tak lepas dari kerja keras dan kesungguhan petani untuk belajar. Menurutnya diperlukan kesabaran dalam budidaya buah durian terlebih pada gase 0 sampai 3 tahun, dimana petani bisa merawat pohon durian agar bisa hidup di lahan tersebut. Beruntung, kata dia, pembinaan dari Yayasan Obor Tani membantu warga cepat dalam memahami cara budidaya pohon durian.
Selain mengelola lahan kas Desa, Suryo juga menggarap kebun seluas 1.000 meter persegi yang juga ditanami durian. Pada panen terakhir, kata dia, dari 24 pohon bisa menghasilkan 103 buah durian. Ia pun tak butuh waktu lama untuk memasarkan buah durian hasil panennya. Sebab, jelas dia, beberapa minggu sebelum panen, banyak tengkulak buah yang telah datang ke desa tersebut untuk membeli hasil panen durian petani.
“Kalau tahun kemarin memang panennya sedikit karena kemarau basah, yang banyak itu 2015. Sekarang petani di sini fokus semua ke durian, harganya tinggi apalagi ini jenis durian montong,” katanya.