Senin 21 Aug 2017 05:01 WIB

Merawat Budaya Berpantun di Tanah Minang

Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno menerima rekor Indonesia Dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas 18 ribu pantun yang ia ciptakan, Ahad (20/8). Seluruh pantun yang ditulis dituangkan ke dalam 6 buah buku
Foto: Republika/Sapto Andika Chandra
Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno menerima rekor Indonesia Dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas 18 ribu pantun yang ia ciptakan, Ahad (20/8). Seluruh pantun yang ditulis dituangkan ke dalam 6 buah buku

Oleh Sapto Andika Candra

Wartawan Republika

 

Kota Padang, Kota bengkoang, 

Di pantai Padang, tak pernah bosan, 

Kami sedang berjuang, agar berpantun jadi kebiasaan.

Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno melantunkan pantun tersebut ketika Festival Pantun di Pantai Muaro Lasak Padang, Ahad (20/8). Pemerintah Provinsi Sumatra Barat memang sedang berupaya merajut kembali budaya berpantun. 

Berpantun merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari budaya Melayu-Minang. Namun, budaya tersebut terancam dintinggalkan. Karena itu, upaya membawa kembali pantun sebagai bagian dari keseharian masyarakat Minang bukanlah hal mudah. 

Budayawan Minang yang sudah sepuh, ditambah lagi dengan regenerasi budaya pantun yang belum optimal membuat warisan budaya pantun terancam luruh. Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menyadari perlunya merawat kembali budaya berpantun. 

Merawat budaya berpantun di Sumbar, senilai dengan merawat keseluruhan budaya Minang itu sendiri.  Tidak main-main, Irwan yang menjadi tokoh utama pelestarian budaya pantun. Ia gencar mengenalkan pantun kepada seluruh kalangan adalah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sendiri. 

Dia memulainya dalam kurun waktu dua tahun belakangan.  Secara konsisten, Irwan menyelipkan pantun dalam setiap sambutan resminya. Awalnya, dia masih meminta bantuan staf gubernur untuk meracik pantun. 

Namun, selama tiga bulan terakhir, Irwan mulai mahir membuat pantun sendiri hanya. Kini, Irwan bisa menyampaikan 10 hingga 20 pantun dalam sekali sambutan. Bahkan ia mengaku bisa menyampaikan 40 pantun dalam satu acara saja. 

Perlahan, masyarakat Sumbar mulai akrab lagi dengan kebiasaan berpantun yang dicontohkan pemimpin mereka. Nyaris dua tahun berjalan, Irwan mencatat telah menulis 18 ribu pantun. Sebuah jumlah yang terbilang banyak untuk ukuran seorang pejabat. 

Atas desakan banyak pihak, ia akhirnya membukukan pantun-pantunnya dalam enam buah buku. Hingga akhir 2017, dia berencana menambah deretan buku pantun ala Irwan Prayitno dengan menerbitkan dua buku lagi. 

Menurutnya, kegemarannya berpantun tak lain untuk membiasakan masyarakat Sumatra Barat untuk kembali mencintai budaya pantun. Harapannya sederhana, setiap acara yang diadakan di Sumatra Barat bisa disisipkan pantun-pantun oleh pengisi acara. 

"Seperti tadi, pembawa acara mulai menyelipkan pantun-pantunnya. Enak didengar," ujar Irwan di sela Festival Pantun ala Irwan Prayitno di Pantai Muaro Lasak Padang, Ahad (20/8). 

Untuk menggencarkan pantun ke kalangan anak muda, Irwan bersama Hendri Hasan yang menerbitkan buku pantunnya menginisasi lomba pantun. Lomba pantun ini melibatkan seluruh perwakilan SMA, SMK, dan MA seluruh Sumatra Barat ini. 

Lomba pantun ini mengajak siswa untuk berkreasi melantunkan pantun-pantun spontan. Total, hingga awal Agustus lalu, masuk 871 peserta dari seluruh SMA di Sumbar dengan jumlah pantun yang terkumpul mencapai delapan ribu. Jumlah tersebut kemudian disaring untuk memilih 50 finalis yang unjuk kebolehan dalam final yang berlangsung kemarin.  

Festival pantun yang memperebutkan hadiah togal Rp 35 juta ini menghasilkan lima unggulan terbaik. Dari lima siswa terbaik pertama, tiga di antaranya berasal dari SMA Negeri 1 Lubuk Alung Padang Pariaman. Dua lainnya dari SMA Negeri 3 Padang dan SMA Adabiah 2 Padang. 

Shanny Pilotuchari, pemenang lomba pantun dari SMA Abadiah 2 padang menuturkan, generasi muda masa kini harus lebih mencintai pantun. Menurutnya, terdapat nilai-nilai luhur yang mencoba disampaikan dalam budaya berpantun. 

"Ketika berpantun, kita diajarkan untuk cepat mengamabil kata-kata. Kita diajarkan berpikir cepat namun tidak melenceng dari rima yang ada," ujar Shanny. 

Irwan berharap, dengan kembali dikenalnya budaya berpantun, masyarakat Sumatra Barat kembali menggemari kebiasaan berpantun spontan. Apalagi ia menilai bahwa budaya berpantun kini mulai ditinggalkan generasi muda. "Mudah-mudahan ini kembali membudaya di tengah masyarakat Melayu," ujar Irwan.

Hak cipta

Dalam gelaran Festival Pantun kali ini, Irwan juga memperoleh hak cipta atas 18 ribu pantun yang ia ciptakan dalam kurun waktu 1 tahun 6 bulan. Penyerahaan sertifikat hak cipta yang ditandatangani oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dilakukan oleh Kepala Kanwil Kemenkumham Sumbar Dwi Prasetyo kepada Irwan.

Dwi menyebutkan, tidak mudah bagi Kemenkumham untuk menyertifikasi seluruh pantun Irwan. Apalagi, proses sertifikasi harus dilakukan dalam kurun waktu dua bulan, sejak Juni 2017 hingga gelaran final Festival Pantun Irwan Prayitno pada hari ini. 

Dwi menceritakan, awal mula proses sertifikasi pantun dimulai dengan curahan hati Irwan kepada dia. Irwan mengaku sudah mencetak tiga buah bukun pantunnya namun belum ada identitas baku atas seluruh buku-buku pantun yang ia buat. 

"Jadi saya diminta melakukan sertifikasi atas pantun-pantun Pak Irwan. Dalam waktu dua bulan, sertifikat hak cipta harus kelar. Kami kerja keras dan jumlah enam buku dengan total pantun 16 ribu," kata Dwi. 

Banyaknya pantun yang diciptakan oleh gubernur dua periode ini membuatnya diganjar rekor Indonesia-Dunia oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Manager MURI Andre Purwandono menyampaikan sebelumnya tidak ada satupun pejabat publik di Indonesia, bahkan dunia, yang menciptakan pantun sebanyak ini. 

Andre menilai langkah Gubernur Sumbar untuk menyampaikan pantun bisa menumbuhkan kecintaan masyarakat Minang dan Indonesia untuk  membudayakan pantun. "Sebelumnya di manapun kepala daerah belum pernah ciptakan pantun yang indah dan ini terbanyak pula 18 ribu," ujar Andre.

Andre berharap pemberian piagam MURI kepada Irwan bisa menumbuhkan motivasi masyarakat Sumatra Barat dan Indonesia pada umumnya untuk lebih mencintai pantun. Ia juga mendorong pemerintah Provinsi Sumbar untuk membudayakan pantun di sekolah-sekolah dan instansi pemerintahan. 

“Jangan sampai kesenian ini justru diakui oleh negara lain dan jangan sampai pantun ini menjad pudar dan dilupakan. Kita lestarikan pantun sebagai warisan Indonesia dan dunia," katanya.

Irwan pun termotivasi untuk bisa menerbitkan 30 lebih buku yang berisi kumpulan pantun ciptaannya dalam lima tahun mendatang.  "Kalau 1 tahun lebih saja bisa 6 buku, bahkan ini dalam 4 bulan tambah 2 buku, kalau saya masih berkarya 5 tahun ke depan, bisa lah 30 buku," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement