Sabtu 19 Aug 2017 09:33 WIB

PLN Target Terangi 700 Desa Terpencil di NTT

Sejumlah warga berada di teras rumahnya yang sudah teraliri listrik di Desa Lifuleo, Dusun Panaf, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/7) malam.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Sejumlah warga berada di teras rumahnya yang sudah teraliri listrik di Desa Lifuleo, Dusun Panaf, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Nusa Tenggara Timur Bone Marasit mengatakan PT PLN (Persero) menargetkan 700 desa di wilayah berbasis kepulauan ini dapat teraliri listrik pada 2017.

"Dalam beberapa kali pertemuan dengan Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN Machnizon Masri menyatakan perencanaan lelang telah disusun dan proses pengerjaan proyek listrik mulai digarap sejak Juli-November 2017," katanya, di Kupang, Sabtu (19/8).

"Kami membangun beberapa jaringan, kemudian kami siapkan gardu induk dan transmisi untuk upaya tadi. Kami akan coba pada 2017. Nanti, ada satu kabupaten di NTT 100 persen desanya teraliri listrik, yaitu Flores," kata Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN Machnizon Masri dalam konferensi pers di kantor pusat PLN, Jakarta.

Pada tahun depan, PLN kembali menargetkan 500 desa akan mendapat aliran listrik. "Mudah-mudahan, akhir 2018, seluruh desa di NTT sudah bisa teraliri listrik," ujarnya lagi. Menurut Bone Marasit, target 700 desa itu merupakan bagian target rasio elektrifikasi nasional, yakni 11.300 desa dapat teraliri listrik hingga akhir 2019.

"Tujuannya semata-mata untuk meningkatkan elektrifikasi di Nusa Tenggara Timur, mengingat untuk saat ini secara nasional sekitar 2.530 desa sama sekali belum teraliri listrik dan sebagian sisanya telah dialiri listrik meski kurang dari enam jam," katanya.

Apalagi hingga akhir 2016, berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan PLN mencapai 64,3 juta atau bertambah 3,1 juta pelanggan dari akhir 2015 sebanyak 61,2 juta pelanggan. Penambahan jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional, yakni 88,3 persen pada Desember 2015 menjadi 91,16 persen pada Desember 2016.

Hal itu melampaui target rasio elektrifikasi 2016 yang tertuang dalam rencana strategis perseroan 2015-2019 sebesar 90,15 persen. "Memang, kalau dilihat dari sisa rasio elektrifikasi, hanya 9,1 persen. Namun paling sulit karena di Indonesia bagian timur mayoritas merupakan wilayah yang terisolasi," katanya.

Selain NTT, ada beberapa pulau terpencil yang akan dialiri listrik sebelum 2019, seperti pulau-pulau kecil di wilayah Sumatera, Maluku, dan Papua. Dalam mengejar target itu, perseroan menerapkan konsep optimalisasi renewable energi dengan penerapan secara hybrid sesuai dengan sumber energi yang ada di wilayah tersebut.

"Seperti PLTG ditambah PLTS atau ditambah dengan mikrohidro. Jadi sesuai dengan sumber energi di daerahnya. Jadi, kalau dalam RUPTL yang baru, mulai pada akhir 2021, tinggal tambahan sedikit sehingga elektrifikasi bisa dilaksanakan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement