Jumat 18 Aug 2017 22:52 WIB

Apel Kemerdekaan, Gus Yaqut Gelorakan 'Kita Ini Sama'

Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas meyampaikan paparannya pada Dialog Pencegahan Faham Radikal Terorisme dan ISIS bagi Pemuda Ansor se- Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Semarang, Kamis (28/4).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas meyampaikan paparannya pada Dialog Pencegahan Faham Radikal Terorisme dan ISIS bagi Pemuda Ansor se- Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Semarang, Kamis (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO -- Kemerdekaan Indonesia yang diraih adalah buah dari persatuan, perjuangan seluruh rakyat Indonesia, dari berbagai latar belakang agama, suku, dan etnis. Jika terpecah belah, berjuang sendiri-sendiri, maka Indonesia akan mudah dijajah.

"Sebab itu, ketika kita bersatu, berjuang bersama-sama, kita merdeka. Benar apa yang telah diingatkan kiai kita, KH Wahab Hasbullah bahwa 'Tidak Ada Senjata yang Lebih Tajam dan Lebih Sempurna Lagi Selain Persatuan'," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas saat memberi amanat di hadapan sekitar 10.000 anggota Ansor dan Banser se-Jawa Tengah dalam acara Apel Kemerdekaan HUT RI ke-72, di Bukit Cinta Seroja, Kabupaten Wonosobo, kemarin.

Menurut Gus Yaqut, sapaan akrabnya, walaupun bangsa Indonesia berbeda-beda, tapi bangsa ini sejatinya adalah sama.

Selanjutnya dia mengatakan, bangsa Indonesia perlu mensyukuri banyak kemajuan yang telah diraih. Namun sebagaimana diakui sendiri oleh Presiden Republik Indonesia dalam pidatonya kemarin, bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia belum sepenuhnya bisa diwujudkan.

"Kita lihat memang kesenjangan ekonomi masih lebar, buah dari keserakahan dan korupsi di masa lalu hingga saat ini. Jumlah rakyat miskin juga masih banyak, sementara penguasaan aset dan kekayaan hanya beredar di sejumlah kecil orang dan korporasi. Jaminan masyarakat mendapatkan keadilan hukum juga sering terlukai," ujar Gus Yaqut dalam keterangan tertulis.

Dalam kondisi ini, ia pun menuntut negara bisa mencegah keserakahan dan korupsi terus terjadi. "Kita menuntut negara segera mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan sungguh-sungguh," katanya.

Selain masalah keadilan sosial yang harus segera diwujudkan, saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman persatuan nasional. Setiap hari masyarakat disodori isu dan ujaran-ujaran yang berusaha memecah belah bangsa. Kiai-kiai disudutkan agar umat tergerus rasa hormatnya pada ulama.

Ia menambahkan, tradisi lokal juga disesatkan agar masyarakat kehilangan identitas, pemerintah dihujat tiap saat agar rakyat tidak lagi percaya. Etnis tertentu dijadikan biang keladi masalah agar sesama anak bangsa saling curiga, serta nasionalisme dan Islam dihadap-hadapkan sehingga rakyat digiring untuk tidak mencintai negerinya sendiri.

Gus Yaqut mengingatkan, bangsa Indonesia wajib bersyukur telah diwarisi Pancasila sebagai kalimatun sawa', konsensus yang mengikat bangsa yang majemuk ini dalam kesamaan tujuan dan cita-cita.

Menurut dia, kemajemukan bangsa ini adalah kenyataan. Semua perbedaan adalah sunnatullah.

"Tugas kita sebagai hamba Allah dan kader bangsa adalah mencari persamaan-persamaan dan titik temu agar bisa bekerja sama menghadapi tantangan masa depan dan mampu mewujudkan cita-cita kemerdekaan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement