Kamis 17 Aug 2017 23:44 WIB

Nelayan Lebak Terlilit Utang karena Cuaca Buruk

Angin kencang, ombak tinggi (ilustrasi).
Foto: Flickr
Angin kencang, ombak tinggi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Para nelayan di Kabupaten Lebak, Banten terlilit utang akibat cuaca buruk yang melanda perairan Banten bagian selatan. "Kami bingung jika tidak berutang maka keluarga kesulitan mendapatkan kebutuhan sehari-hari," kata 8Jono (55), seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panggarangan Kabupaten Lebak, Kamis (17/8).

Kehidupan nelayan pesisir selatan makin terpuruk setelah tiga pekan tidak melaut akibat cuaca buruk melanda perairan Banten bagian selatan. Untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, para nelayan terpaksa berutang ke tetangga maupun pemilik kapal. Pembayaran utang itu, dilakukan setelah nelayan kembali melaut.

Selama ini, nelayan Kabupaten Lebak memasuki paceklik karena gelombang cukup tinggi disertai angin kencang. Apabila nelayan nekat melaut dikhawatirkan mengalami kecelakaan laut. "Kami sudah hal biasa jika cuaca buruk tidak melaut," katanya.

Menurut dia, selama tiga pekan terakhir nelayan di daerahnya paceklik dan tangkapan ikan sepi, akibat gelombang serta tiupan angin cukup tinggi. Nelayan tidak berani melaut karena khawatir tersapu gelombang tinggi.  Apalagi perahu yang digunakan jenis kincang dengan ukuran lebar 1,2 meter dan panjang 2,0 meter. "Kami lebih baik tinggal di rumah karena cuaca laut sangat berbahaya jika memaksakan pergi melaut," ujarnya.

Begitu pula Herdi (50), nelayan TPI Bayah, Kabupaten Lebak mengaku selama ini nelayan terjerat utang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, juga banyak nelayan menjual perabot rumah tangga maupun elektronika akibat cuaca buruk tersebut.

Nelayan tidak melaut karena diperkirakan tinggi gelombang mencapai 3,0 meter. "Kami tidak berani melaut karena ombak pesisir pantai sangat besar," katanya lagi.

Selama ini, ratusan perahu nelayan terpaksa ditambatkan di TPI sambil menunggu cuaca membaik. Sebagian nelayan memperbaiki alat tangkap yang kondisinya rusak. "Saya sudah dua pekan tidak berani melaut," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement