Senin 14 Aug 2017 20:12 WIB

TGB Minta Air Bersih ke Daerah Kekeringan Ditingkatkan

Air Bersih (ilustrasi)
Air Bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi meminta mobilisasi distribusi air bersih lebih ditingkatkan terhadap daerah-daerah di NTB yang mengalami kekeringan.

Pria yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan, kondisi cuaca saat ini terkadang tidak bisa diprediksi. "Kekeringan dari waktu ke waktu melanda termasuk perubahan cuaca ini kan kita tidak bisa kita prediksi, seminggu hujan, terus tiba-tiba kemarau," ujar TGB di Mataram, NTB, Senin (14/8).

TGB menambahkan, Pemprov NTB dan BPBD NTB telah memiliki jadwal penanganan secara rutin terhadap beberapa daerah di NTB yang kerap dilanda kekeringan. Namun, belum seluruh wilayah bisa diantisipasi dengan pembangunan sumur bor atau sarana irigasi yang baru. "Kita tangani dengan melakukan mobilisasi mobil tangki ke daerah-daerah terdampak," lanjut TGB.

TGB menilai, intensitas kekeringan di NTB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. TGB meminta BPBD NTB untuk lebih maksimal dalam melakukan upaya-upaya antisipasi. "Saya harap BPBD NTB bisa memperkuat kapasitas, dan perbesar alokasi anggaran untuk ini," kata TGB menambahkan.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan rekapitulasi bencana kekeringan yang melanda NTB selama 2017. Kepala BPBD NTB Muhammad Rum menyampaikan, dari 10 kabupaten/kota di NTB, hanya Kota Mataram yang tidak terdampak kekeringan. Tercatat bencana kekeringan selama tahun melanda 818 desa yang berada di 71 kecamatan di yang ada di 9 kabupaten/kota di NTB.

Rum mengatakan, dari hasil rekapitulasi tersebut, terdapat 640.048 jiwa dari 127.940 kepala keluarga yang ada di NTB terdampak kekeringan.

Mengatasi permasalahan tersebut, Rum meminta BPBD kabupaten/kota untuk melakukan upaya jangka pendek dengan droping air bersih. "Tapi untuk program menengah dan panjang, cari langkah yang dibutuhkan untuk selesaikan masalah ini sehingga jangan setiap tahun kita dropping air terus," ujar Rum.

Rum menambahkan, BPBD kabupaten/kota meminta anggaran untuk membuat sumur bor untuk mengantisipasi kekeringan pada masa mendatang. Menurut Rum, hal ini memungkinkan dilakukan dengan sinergitas antara BPBD kabupaten/kota, provinsi, dan juga pusat.

Langkah yang lain, kata Rum, memanfaatkan keberadaan bendungan-bendungan besar yang ada di NTB dengan menarik pipanisasi dan bekerja sama dengan PDAM. Nantinya, PDAM akan melakukan pengolahan ini untuk meneruskan air ke rumah-rumah penduduk. Rum memaparkan, bencana kekeringan yang melanda NTB tidak lepas dari masifnya kerusakan hutan. "Kondisi NTB terus terang hutan kami sudah dikatakan parah," ungkap Rum.

Padahal, Rum menjelaskan peranan vital hutan yang menyerap dan menahan air saat musim hujan agar tidak langsung masuk ke wilayah permukiman. Pun kala musim kemarau tiba, hutan berperan penting sebagai wadah menyimpan air. Namun, saat ini hal tersebut tidak berjalan maksimal. Rum menyebutkan saat ini banyak sumber air yang debitnya terus menurun drastis bahkan sampai 40 persen akibat tidak terpeliharanya hutan.

"Sekarang sudah tidak ada yang menahan karena pohonnya sudah tumbang. Begitu juga saat kemarau. Saya katakan ketika musim hujan kita kebanjiran, ketika kemarau kita kekeringan," kata Rum menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement