Senin 14 Aug 2017 18:57 WIB

Stasiun Bawah Tanah MRT Sudah Mulai Rapi

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Andi Nur Aminah
Foto aerial proyek konstruksi Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (1/6). PT MRT Jakarta menargetkan pengerjaan konstruksi fisik stasiun layang maupun bawah tanah dapat mencapai 93 persen pada akhir 2017 dan diharapkan bakal selesai 100 persen sebelum penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Foto aerial proyek konstruksi Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (1/6). PT MRT Jakarta menargetkan pengerjaan konstruksi fisik stasiun layang maupun bawah tanah dapat mencapai 93 persen pada akhir 2017 dan diharapkan bakal selesai 100 persen sebelum penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengerjaan Stasiun Mass Rapid Trans (MRT) Senayan, Jakarta Selatan, sudah mencapai 88 persen. Stasiun tersebut sudah mulai dipasangkan keramik, toilet sudah mulai rapi, pemasangan kabel-kabel air conditioning (AC) juga sudah mulai rapi.

Pantauan Republika.co.id, saat menyusuri stasiun bawah tanah yang tepat bersebrangan dengan Ratu Plaza Sudirman itu, suasana memang sudah mulai tertata rapi. Bahkan, toilet sudah selesai sekitar 90 persen, hanya dipasang keramik sepanjang peron dan rel kereta.

"Kita sedang menunggu tanda tangan kontrak pada Agustus 2017 ini untuk pemasangan detector pintu otomatis. Jadi kalau sudah tanda tangan, baru langsung kami kerjakan," kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, Senin (14/8) siang.

Ia memaparkan lebar peron stasiun bawah tanah 12 meter, ditambah lebar jalur rel kereta lima meter dari arah datang dan berangkat kereta. Lebar keseluruhan sekitar 22 meter, perhitungan juga sudah disesuaikan board desk.

"Peron bawah tanah ini termasuk kategori peron tinggi. Target penyelesaian rel dan bantalan relnya oleh Railway Sistem Constructor, diprediksi Desember 2018 ini, jika ini sudah selesai sekitar Januari 2019 sudah bisa untuk latihan kereta," ujar Silvia.

Stasiun bawah tanah pertama yang dibangun PT MRT Jakarta itu, untuk masuk ke dalam stasiun, baik layang maupun bawah tanah, disediakan fasilitas eskalator, elevator, dan tangga sebagai pilihan kemudahan bagi penumpang. Elevator sendiri khusus dibangun untuk penumpang yang masuk kategori orang tua, ibu hamil, dan para penyandang disabilitas. Sebuah area concourse juga tersedia.

Peron bawah tanah dapat dilalui satu rangkaian yang terdiri dari enam hingga delapan kereta per rangkaian. Namun untuk pertama, dicoba enam rangkaian terlebih dahulu. MRT Jakarta sudah menyiapkan 160 meter tel. "Pokoknya peron ini beton asli Indonesia," jelas dia.

Pada pembangunan proyek MRT Jakarta fase satu ini, akan dibangun 13 stasiun yang terdiri dari tujuh stasiun layang (Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja) serta enam stasiun bawah tanah (Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran Hotel Indonesia) di jalur sepanjang 16 kilometer yang menghubungkan area selatan dan utara Jakarta.

Setiap stasiun didesain dengan tema berbeda, sesuai dengan ciri khas tiap lokasinya. "Misalnya seperti Pak Djarot kan mau bertema Betawi, tapi kita sesuaikan daerahnya dulu. Stasiun Haji Nawi itu baru bisa ditemakan betawi," ujar Direktur Utama MRT Jakarta, William P Syahbandar saat ditemui usai makan siang di FX Sudirman, Senin (14/8) sore.

Pada kereta MRT, sinyal telekomunikasi tetap bisa diakses oleh penumpang meskipun berada di dalam terowongan hingga kedalaman mencapai 20 meter. Disediakan bangku prioritas (priority seat) untuk penyandang disabilitas, orang tua, ibu hamil, dan anak-anak. Tempat barang tersedia di bagian atas bangku prioritas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement