Senin 14 Aug 2017 18:34 WIB

Mahasiswa Asing Belajar Pengurangan Risiko Bencana di UGM

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kampus UGM Yogyakarta/Ilustrasi
Foto: Republika
Kampus UGM Yogyakarta/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 37 mahasiwa asing dari berbagai negara belajar strategi mitigasi bencana di Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka mempelajari strategi pengurangan berbasis ekosistem di Summer Course Ecosystem-based Disaster Risk Reduction (Eco-DDR) 2017 yang dihelat Fakultas Geografi.

Kegiatan yang berlangsung selama dua pekan, 14-25 Agustus 2017 itu, diikuti 37 mahasiswa asing tingkat sarjana dan pascasarjana dari 13 negara di dunia. Di antaranya Yaman, Maroko, Tajikistan, India, Malaysia, Jepang, Perancis, Brasil, Swedia, Irlandia, Polandia, dan Belanda.

Dekan Fakultas Geografi UGM, Muhammad Aris Marfai menyampaikan, Fakultas Geografi telah lama terlibat dalam upaya pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem (Eco-DDR). Kegiatan ini jadi salah satu wujud pengurangan risiko bencana dan bentuk dukungan pencapaian pembangunan berkelanjutan (SDGs).  

"Semoga melalui forum ini bisa menjadi wahan bagi para peserta untuk berbagi informasi dan pengalaman dalam upaya pengurangan risiko bencana," kata Aris saat membuka Summer Course, Senin (14/8).

Koordinator Summer Course Dyah Rahmawati Hizbaron menuturkan, Indonesia merupakan negara yang memiliki kerawanan bencana alam tinggi. Karenanya, upaya menyusun strategi mitigasi bencana yang terintegrasi dalam penggurangan risiko bencana berbasis ekosistem perlu dikembangkan, salah satunya melalui kegiatan ini.

Ia menilai, kegiatan ini merupakan salah satu bagian dalam upaya pengembangan Eco-DDR, dengan menggandeng Center of Natural Resource and Development (CNRD). Menurut Dyah, pengembangan konsep Eco-DDR telah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dengan kampus-kampus lain di berbagai negara.

"Harapannya lewat kegiatan ini bisa mengerucut pada pengembangan pusat unggulan ilmu kebencanaan yang berbasis ekosistem di Indonesia, yang nantinya jadi batu loncatan mencapai keunggulan bidang ilmu di level internasional sebagai living laboratory for disaster studies," ujar Dyah.

Kegiatan ini turut menghadirkan pakar pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem dari luar seperti Franck Lavigne (Université Paris 1 Panthéon-Sorbone), Seca Gandaseca (University Putra Malaysia), Jake Rom Cadag (University of the Philiippines), dan Simone Sandholz (UNU-EHS Bonn Germany).

Ada pula Mitsuhiro Yoshimoto (Mount Fuji Research Insitute, Jepang), Christoper Gomez (Kobe University), Herry Yogaswara (LIPI) dan Suko Prayitno Adi (STMKG). Dalam kesempatan itu, turut dihadirkan Prof. Sunil Kumar De dari International Association of Geomorphologists untuk memberikan kuliah umum tentang kebencanaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement