Senin 14 Aug 2017 17:33 WIB

Pemalak Resahkan Sopir di Jalintim Mesuji

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andi Nur Aminah
Jalintim Sumatra di wilayah Lampung
Jalintim Sumatra di wilayah Lampung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Maraknya aksi pemalakkan atau pungutan liar (pungli) oleh oknum masyarakat, membuat pengguna jalan khususnya sopir kendaraan roda empat pribadi dan truk barang khawatir melintas jalan lintas timur (Jalintim) di perbatasan Mesuji (Lampung) – Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatra Selatan (Sumsel). Pemalak tak segan mematok tarif puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Munculnya video di akun Instagram milik akun @irockumentary terkait dengan pemalakan di perbatasan Mesuji Lampung dua hari lalu, membuat masyarakat yang melintas di Jalintim Lampung khawatir dengan keselamatannya. “Sekarang saya jadi khawatir untuk lewat Jalintim lagi. Soalnya pemalak berani menyetop mobil pribadi minta uang,” kata Indra, warga Cibubur yang hendak menuju Jakarta, Senin (14/8).

Dalam tayangan Instagram @irockumentary, rombongannya melintas dari Palembang menuju Bandar Lampung. Setelah melintas di perbatasan Sumsel–Lampung, mobil mereka disetop oknum warga tak dikenal. Oknum tersebut menawarkan stiker tanda keamanan pemobil melintas di Jalintim dari Mesuji hingga Menggala (Tulangbawang) dan Bandar Jaya (Lampung Tengah).

Ia berharap polisi bersiaga di kawasan tersebut dan menangkap pemalak yang meresahkan pengguna jalan yang berasal dari kota-kota di Sumatra dan Jawa. “Biasanya tidak ada yang berani menyetop mobil apalagi pribadi, sekarang mereka sudah berani minta duit,” katanya.

Kapolres Mesuji AKBP Priyanto Teguh Nugroho segera menempatkan personelnya di perbatasan Mesuji–Sumsel. Petugas berjaga siang dan malam untuk memberantas aksi premanisme dan pungutan liar di jalintim ruas Mesuji tersebut.

Menurut dia, anggota Polres Mesuji terus melakukan penjagaan dan penyisiran perbatasan jalan lintas Sumatra (jalintim) Mesuji (Lampung) sejak pekan lalu. Jalintim perbatasan kedua provinsi tersebut menjadi keluhan para sopir truk barang saat melintas siang dan malam hari. “Personel kami menurunkan intel dan reskrim siang dan malam hari,” katanya.

Aksi premanisme di tempat tersebut semakin tidak terawasi kegiatannya. Para sopir truk barang dari arah Palembang dan Pelabuhan Bakauheni, menjadi sasaran tembak pelaku untuk meminta fulus berdalih uang keamanan, yang nilainya berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu per sekali jalan.

Praktik pungli oleh oknum masyarakat sudah berlangsung beberapa bulan terakhir. Keluhan para sopir truk kerap menjadi pembicaraan umum di tempat-tempat peristirahatan supir di SPBU, rumah makan, dan kantong parkir Pelabuhan Bakauheni. Para sopir tidak bisa berbuat banyak karena khawatir dengan keselamatan nyawa dan barang bawaannya.

Keberadaan truk-truk yang melintas dari Sumatra dan Jawa menjadi sasaran empuk pemalak, lantaran laju kendaraan saat melintas kerap lambat dibandingkan mobil pribadi dan bus penumpang. “Pemalak di jalan lintas masih banyak. Mereka minta Rp 10 ribu. Sebab mereka berani menyetop truk di jalan. Biasanya malam hari,” kata Johan, sopir truk barang dari Palembang.

Menurut dia, sopir truk tidak bisa melanjutkan perjalanan saat beberapa orang mulai menyetop truk. Selain truk tidak bisa melaju kencang karena barang muatan, juga khawatir dengan keamanan di jalan. “Jadi terpaksa mengeluarkan uang,” ujarnya.

Ia kena palak dari oknum warga tersebut terjadi di tanjakan Gunung Pancong setelah Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan. Di tempat tersebut, para pemalak beraksi pada malam hari hingga menjelang waktu subuh. Pemalak meminta uang berkisar Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu. “Bahkan ada yang minta Rp 50 ribu,” keluhnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement