Senin 14 Aug 2017 16:01 WIB

MRT Gunakan Teknologi Maintanance Canggih Pertama

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah petugas menyelesaikan proyek pembangunan moda transportasi massal, Mass Rapid Transit (MRT) di Jalan Kyai Maja, Jakarta Selatan, Ahad (9/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah petugas menyelesaikan proyek pembangunan moda transportasi massal, Mass Rapid Transit (MRT) di Jalan Kyai Maja, Jakarta Selatan, Ahad (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditargetkan beroperasi Maret 2019, penyelesaian Mass Rapid Transit (MRT) sudah capai 76 persen. Stasiun MRT Lebak Bulus yang menjadi stasiun pertama MRT, menggunakan salah satu teknologi maintanance tercanggih pertama di Indonesia.

Republika berkesempatan untuk melihat lebih dekat pembangunan MRT bersama Direktur Utama MRT Jakarta, William P Syahbandar. Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Silvia Halim, memaparkan sisi-sisi area yang sedang dibangun.

"Bantalan rel yang berwarna oranye ini memiliki maintanance sampai 50 tahun dan dikirim dari Jepang. Sementara bantalan yang abu-abunya ini baru dari Indonesia, dari WIKA," ujar dia saat memaparkan di Depo MRT Lebak Bulus, Senin (14/8) pagi.

Target pemasangan rel depo selesai pada akhir 2018. Batu-batu yang terpasang di sepanjang rel berasal dari Indonesia, tepatnya di daerah Rumpin. Tidak bisa dipungkiri, proyek MRT memang masih memerlukan bantuan alat-alat dari luar negeri, namun bantuan alat hanya 30 persen, sementara 70 persen berasal dari dalam negeri.

Stasiun Lebak Bulus merupakan stasiun pertama MRT, dengan luas lahan delapan hektare. Pemasangan rel di sekitaran Depo Lebak Bulus baru selesai sekitar 41 persen. Gedung yang rencananya akan dijadikan kantor belum benar-benar selesai.

Pemerintah terus mengebut pembangunan proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT) yang ditargetkan pengerjaan tahap 1, yaitu Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) akan selesai pada 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement