REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Rosiady mengatakan intervensi keluarga dan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat diperlukan. Hal ini terkait perkembangan pertumbuhan anak yang searah dan seimbang demi melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas.
"Momentum hari anak nasional menjadi ajang untuk saling mengingatkan bahwa tugas pemerintah sama dengan tugas para orang tua, dan guru. Yakni menyiapkan generasi-generasi mendatang yang berkualitas," kata Rosiady saat membuka peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli mendatang di Balai Sosial Asuhan Anak, Mataram, NTB, Kamis (10/8) kemarin.
Rosiady juga berpesan kepada seluruh anak-anak yang hadir agar terus belajar tanpa henti. "Belajarlah sejak dari buaian ibu sampai ke liang lahat," ucap Rosiady.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial NTB Fitri menyampaikan permasalahan sosial pada anak begitu kompleks dan memerlukan program berkelanjutan serta peran serta seluruh masyarakat. "Permasalahan anak di bangsa ini tergolong sebagai status yang luar biasa, dengan demikian harus ada penanganan dan perhatian khusus dari semua pihak," ucap Fitri.
Fitri mengatakan, berdasarkan data per Juni 2017, tercatat 89 kasus kekerasan menimpa anak-anak, di mana 23 kasus di antaranya adalah pencabulan. Menurut Fitri, permasalahan sosial, kesulitan ekonomi, kemiskinan, dan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat menyebabkan ketidakberdayaan keluarga menjalankan peran serta dalam menjaga anak-anak dari keterlantaran, kekerasan, dan eksploitasi.
"Setiap anak memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan hubungan dengan orang tuanya, kesejahteraan diri, keselamatan dan pengasuhan yang berkelanjutan," lanjut Fitri.
Fitri mengajak para orangtua dan Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) sebagai lembaga yang memelihara anak-anak terlantar dapat memberikan bimbingan, pengertian, dan informasi bagaimana terkait cara anak-anak melindungi diri dari tindak kejahatan.