Rabu 09 Aug 2017 15:33 WIB

Lebih dari 800 Desa di NTB Dilanda Kekeringan Tahun Ini

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
Kekeringan. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Kekeringan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan rekapitulasi bencana kekeringan yang melanda NTB selama 2017. Kepala BPBD NTB Muhammad Rum menyampaikan, dari 10 kabupaten/kota di NTB, hanya Kota Mataram yang tidak terdampak kekeringan. Bencana kekeringan selama tahun melanda 818 desa yang berada di 71 kecamatan di yang ada di sembilan kabupaten/kota di NTB.

Rum mengatakan, dari hasil rekapitulasi tersebut, terdapat 640.048 jiwa dari 127.940 kepala keluarga yang ada di NTB  terdampak kekeringan. Mengatasi permasalahan tersebut, Rum meminta BPBD kabupaten/kota untuk melakukan upaya jangka pendek dengan droping air bersih.

"Tapi untuk program menengah dan panjang, cari langkah yang dibutuhkan untuk selesaikan masalah ini sehingga jangan setiap tahun kita droping air terus," ujar Rum kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Rabu (9/8).

Rum mengungkapkan, BPBD kabupaten/kota meminta anggaran untuk membuat sumur bor untuk mengantisipasi kekeringan pada masa mendatang. Menurut Rum, hal ini memungkinkan dilakukan dengan sinergitas antara BPBD kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.

Langkah yang lain, kata Rum, memanfaatkan keberadaan bendungan-bendungan besar yang ada di NTB dengan menarik pipanisasi dan bekerja sama dengan PDAM. Nantinya, PDAM akan melakukan pengolahan ini untuk meneruskan air ke rumah-rumah penduduk. Rum memaparkan, bencana kekeringan yang melanda NTB tidak lepas dari masifnya kerusakan hutan. "Kondisi NTB terus terang hutan kami sudah dikatakan parah," ungkap Rum.

Padahal, Rum menjelaskan peranan vital hutan yabg menyerap dan menahan air saat musim hujan agar tidak langsung masuk ke wilayah permukiman. Kala musim kemarau tiba, hutan berperan penting sebagai wadah menyimpan air. Namun, saat ini hal tersebut tidak berjalan maksimal. Rum menyebutkan saat ini banyak sumber air yang debitnya terus menurun drastis bahkan sampai 40 persen akibat tidak terpeliharanya hutan.

"Sekarang sudah tidak ada yang menahan karena pohonnya sudah tumbang. Begitu juga saat kemarau. Saya katakan ketika musim hujan kita kebanjiran, ketika kemarau kita kekeringan," kata Rum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement