Jumat 04 Aug 2017 12:48 WIB

Petani Karawang Minta Impor Garam Dibatasi

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andi Nur Aminah
Tumpukan garam impor tampak menggunung di sebuah gudang yang terletak di dekat exit tol  Kanci, Kabupaten Cirebon, Ahad (30/7).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Tumpukan garam impor tampak menggunung di sebuah gudang yang terletak di dekat exit tol Kanci, Kabupaten Cirebon, Ahad (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Petani garam asal Kabupaten Karawang sumringah. Pasalnya, saat ini sejumlah petani sedang menikmati 'manisnya' harga garam. Saat ini, harga garam di tingkat petani mengalami kenaikan sampai tiga kali lipat dari harga normal. Yakni, antara Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per kilogramnya.

Ketua Forum Komunikasi Usaha Garam Rakyat (FK Kugar) Kabupaten Karawang, Aep Suhardi, mengatakan, areal lahan garam di Karawang mencapai 250 hektare. Saat ini, yang sudah panen antara 30 hingga 40 persennya. Petani yang telah panen, sedang menikmati harga garam yang bagus. "Alhamdulillah, petani kita merasakan 'manisnya' harga garam," ujar Aep, kepada Republika.co.id, Jumat (4/8).

Akan tetapi, lanjut Aep, kebahagiaan petani ini sepertinya tak akan lama. Mengingat, saat ini pemerintah membuka keran impor garam. Pihaknya meminta, sebaiknya impor garam dibatasi. Jangan sampai, berdampak pada garam lokal. Karena, kalau terlalu banyak garam impor, maka garam lokal tidak akan ada harganya lagi.

Untuk itu, sebaiknya pemerintah juga memerhatikan nasib petani garam, yang saat ini sedang berupaya untuk meningkatkan produktivitas. "Jangan sampai, usaha kami ini kembali terpuruk gara-gara serbuan garam impor," ujarnya.

Sementara itu, kelangkaan garam di tingkat petani berdampak pada industri rumahan pengolahan ikan. Kabid Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Abuh Bunyamin, mengatakan, ada 5.100 masyarakat yang berprofesi sebagai pengolah ikan. Salah satu pengolahan ikan terbesar, yaitu di wilayah Cicinde, Kecamatan Banyusari. "Mayoritas, ikan yang diolah di Karawang itu dijadikan ikan pindang," ujar Abuh.

Karena kelangkaan garam ini, para pengolah ikan merasakan dampaknya. Sebab, mereka harus membeli garam yang tadinya hanya Rp 600, kini menjadi Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per liter. Sedangkan, harga ikan pindang yang di jualnya tidak naik.

Akan tetapi, meskipun harga garam naik, belum ada laporan para pengolah ikan yang gulung tikar. Mereka, masih terus produksi. Dengan kebutuhan ikan antara 60 hingga 80 ton per harinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement