Selasa 01 Aug 2017 17:29 WIB

Pasar Sepi, Koperasi di Bukittinggi Ikut Terpukul

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Satya Festyiani
Ilustrasi Koperasi Warga
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Koperasi Warga

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sejak awal tahun ternyata ikut memukul operasional koperasi di kota kelahiran Bapak Koperasi Bung Hatta, yakni Bukittingi. Kepala Koperasi Cahaya Hati Pasar Atas Bukittinggi, Jefrianto, mengaku bahwa sepinya pengunjung pasar ikut berimbas pada jumlah setoran pokok yang disampaikan oleh anggota.

Jefri menyebutkan, dibanding tahun lalu, angka setoran pokok bisa menurun hingga 25 persen pada tahun ini. Alasannya, menurutnya, adalah sepinya pembeli yang berujung pada anjloknya nilai transaksi.

"Koperasi bisa ada modal kan karena ada transaksi jual beli yang baik kan. Kalau kita buka dagangan sekadar pelaris, boro-boro bayar koperasi, bayar kebutuhan rumah saja tidak cukup," jelas Jefri, Selasa (1/8).

Ia mengaku hal ini membuat operasional koperasi tersendat. Ditambah lagi, saat ini koperasi tidak mendapat suntikan langsung bantuan sosial dari pemerintah pusat. Dana Kredit Usara Rakyat (KUR) pun mesti lewat perbankan dulu langsung kepada pelaku usaha, tanpa melalui pihak koperasi.

"Ini membuat koperasi ini tersendat. Karena faktor-faktor perekonomian ini merosot tajam. Kalau dibandingkan tahun lalu menurun 25 persen," katanya.

Meski begitu, kalangan ekonom meyakini daya beli masyarakat yang menurun pada paruh pertama 2017 ini diperkirakan hanya sementara.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, tren stagnansi atau pelemahan daya beli masyarakat masih terjadi. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menurun pada Juni 2017 menjadi sebesar 122,4 atau turun 3,5 poin dari Mei 2017.

"IKK Juni turun, porsi pendapatan masyarakat pada tabungan juga naik. Ada perubahan pola konsumsi masyarakat, mereka lebih nabung atau tunda konsumsi," kata Josua.

Selain itu, tren pendapatan riil buruh cenderung turun, penciptaan lapangan kerja belum optimal, sehingga mengakibatkan pendapatan yang diterima turun dan masyarakat cenderung berhemat. Penjualan ritel juga turun signifikan dibandingkan periode lebaran tahun sebelumnya.

Hal tersebut perlu diwaspadai, namun melihat ekspektasi Bank Indonesia (BI) mengenai pertumbuhan ekonomi, ia meyakini konsumsi rumah tangga masih positif. Dengan BI menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1 persen, bank sentral telah memperkirakan konsumsi rumah tangga akan tumbuh sebesar 5,0 persen pada kuartal II 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement