Senin 31 Jul 2017 19:13 WIB

Cerita Pelesiran di Pantai tak Berpasir Manakarra

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Pantai Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat
Foto: Facebook
Pantai Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat

REPUBLIKA.CO.ID, Malam itu seorang pria duduk termangu di sebuah kursi panjang di pinggir jalan Yos Sudarso, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Arah matanya tertuju pada seorang anak yang sedang asik menunggangi mobil mini yang terus berputar-putar di gerobak odong-odong.

Mas'ud, namanya. Bersama istri, dia membawa putrinya bermain odong-odong. Keberadaan odong-odong ini, bagi dia, cukup penting untuk anaknya karena bisa membuat anaknya ceria. "Ya untuk hiburan anak," kata dia dengan logat yang khas ala orang Indonesia timur, Ahad (30/7) malam.

Ada empat gerobak odong-odong yang berjejer rapi di pinggir jalan. Tiap gerobak dihiasi lampu berwarna-warni yang membuat malam di pinggir pantai Manakarra ini begitu meriah. Apalagi, iringan lagu anak-anak di Odong-odong itu menambah kemeriahan pantai Manakarra di malam hari.

Mas'ud harus mengeluarkan Rp 10 ribu untuk menyenangkan putrinya agar bisa menikmati Odong-odong. Cukup terjangkau. Tiap hari, tutur dia, di area pantai di mana terdapat tulisan raksasa "Pantai Manakarra" ini, memang dipenuhi berbagai permainan untuk anak-anak.

Tak hanya odong-odong, tapi juga ada penyewaan mainan mobil mini dan sepeda. Di area yang cukup luas itulah, anak-anak bisa bermain dengan riang-gembira. Di sore hari, di pinggir pantai, ada pula orang tua yang tampak menuntun anaknya berjalan.

Bagi Mas'ud, odong-odong dan mainan anak-anak di area pantai Manakarra adalah sarana hiburan anak yang tepat bagi orang tua sepertinya. Selain murah, juga lokasinya yang strategis di pinggir pantai. Wajar saja, saban sore hari, area tersebut selalu ramai dengan anak-anak kecil. Dan tak sedikit juga banyak kawula muda yang berswafoto  dengan latar matahari terbenam dari pantai Manakarra.

Pantai Manakarra tampak tidak berpasir. Di garis pantainya terdapat bebatuan besar. Di sisi yang lebih menjorok ke dalam dari pantai, terbentang jalan raya Yos Sudarso itu. Sepanjang jalan ini masih lengang. Di pinggirnya, tampak berjajar pedagang-pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan seperti rokok, air kelapa, jus buah, kopi, kacang rebus, dan kuliner jajanan pisang Epe.

Tampak pula satu-dua kafe yang berdiri di seberang sebuah hotel yang bangunannya paling menonjol di kawasan pinggir pantai itu. Di Kecamatan Mamuju ini, mulai banyak pendatang dari daerah tetangga. Ada yang untuk kuliah, ada juga yang berniat untuk mendapat pekerjaan.

Rina misalnya, perempuan dari Mamuju Tengah ini sudah tiga bulan menginjakkan kaki di Mamuju. Dia datang untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Tomakaka. Selain Rina, juga ada Anti asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, yang baru sekitar dua pekan berada di Mamuju.

Anti, perempuan lulusan manajemen keuangan di perguruan tinggi swasta di Makassar ini, berharap bisa mendapat pekerjaan di Mamuju. Atau, jika tak kunjung mendapatkannya, ia ingin mencoba membangun usaha kecil-kecilan di pantai Manakarra. "Ya niatnya dapat pekerjaan di sini atau bangun usaha," ujar Anti, yang tengah duduk santai bersama seorang temannya di bangku panjang pinggir jalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement