Senin 31 Jul 2017 18:44 WIB

Gunung Garam Impor di Tengah Lumbung Garam Petani

Tumpukan garam impor tampak menggunung di sebuah gudang yang terletak di dekat exit tol  Kanci, Kabupaten Cirebon, Ahad (30/7).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Tumpukan garam impor tampak menggunung di sebuah gudang yang terletak di dekat exit tol Kanci, Kabupaten Cirebon, Ahad (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Lilis Sri Handayani

 

Seorang petani di Blok Kandawaru,Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, tampak sedang memperbaiki pematang tambak garamnya, Ahad (30/7). Di dalam areal tambak itu, air terlihat mulai memutih yang menandakan garam di tambak tersebut akan segera dipanen.

 

Tak jauh dari bentangan areal tambak garam itu, terlihat ada gunungan berwarna putih yang tersimpan di halaman belakang sebuah gudang. Gunungan putih itu menjulang tinggi melebihi pagar bambu yang mengelilingi halaman belakang gudang tersebut. Tinggi pagar itu sekitar dua meter.

 

Gunungan itu berisi garam impor. Entah siapa pemilik garam tersebut. Gudang yang ada di depannya tak memasang plangnama. Gudang itu letaknya tak jauh dari exit Tol Kanci. Jika dilihat dari Jalan Raya Kanci, gunungan garam impor itu tak terlihat karena tertutup tingginya bangunan gudang.  

 

Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, saat dikonfirmasi mengenai adanya gunungan garam impor, menjelaskan bahwa itu adalah garam impor industri dan bukan garam konsumsi. Berdasarkan Permendag Nomor 125Tahun 2015, garam industri memang tidak boleh merembes untuk konsumsi.

 

Jadi itu bukan penimbunan garam. Garam industri itu untuk konsumsi mereka sendiri, kata Taufik, saat dihubungi Republika.co.id, melalui telepon selulernya, Senin (31/7).

 

Taufik menyatakan, garam impor industri itu berbedadengan garam konsumsi yang rencananya akan datang pada Agustus 2017. Menurutnya,garam impor industri itu izin dan kuotanya sebelumnya sudah diberikan olehsejumlah kementerian terkait.

 

Taufik pun mengakui,impor garam saat ini memang dibutuhkan karena garam petani masih mengalamikelangkaan. Namun, dia meminta agar impor garam diatur sehingga tidak ada garamimpor yang masuk di saat petani panen raya.

 

"Kalau saat panen raya nanti masihada impor, harga garam petani bisa jatuh," tutur Taufik.

 

Taufik menilai, kebijakan imporgaram yang terus menerus dipastikan akan membuat harga garam petani menjadijatuh. Jika hal itu terjadi, maka petani garam akan menanggung kerugian yangbesar.

 

"Impor garam harus sesuai kebutuhandan harus ada pengawasan yang ketat," tegas Taufik

 

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon, Raden Cakra Suseno, saat dimintai tanggapannya mengenai keberadaan garam impor, mengakui jika di Kabupaten Cirebon banyak terdapat garam impor. Menurutnya, garam impor itu tersimpan di gudang-gudang yang tersebar di Desa/Kecamatan Astanajapura dan Desa Astanamukti, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon.

 

"Ini sangat memprihatinkan," kata Cakra.

 

Cakra mengatakan, Kabupaten Cirebon sebagaimana Indonesia secara keseluruhan, memiliki garis pantai yang sangat panjang. Kabupaten Cirebon pun selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil garam di Jabar dan Indonesia.

 

Namun ternyata, impor garam terus dilakukan. Faktor cuaca yang menjadi kambing hitamnya. Nasib petani lokal pun menjadi terpinggirkan.

 

Menurut Cakra, nasib petani garam terutama di Kabupaten Cirebon selama ini terabaikan. Saat panen raya, harga garam jatuh hingga di kisaran angka Rp 200 per kg. Petani garam pun harus menelan kerugian.

 

Disaat harga garam tinggi seperti sekarang yang mencapai Rp 3.500 per kg, petani garam tak menikmatinya. Pasalnya, produksi mereka terhambat kondisi cuaca yangseringkali hujan.

 

"Kalau impor terus menerus, lihat saja gimana harga garam petani sebulan dua bulan ke depan di saat panen raya. Harga garam petani bisa jatuh," tandas Cakra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement