REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Produksi garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Kamis (27/7), kembali terhambat akibat hujan yang mengguyur wilayah setempat.
"Hujannya memang tidak begitu deras, akan tetapi sudah membuat garam yang sebenarnya bisa dipanen kembali mencair," ujar Kepala Desa Pinggirpapas, Abd Hayat di Sumenep.
Desa Pinggirpapas di Kecamatan Kalianget adalah salah satu sentra penghasil garam rakyat di Sumenep. "Hujan mengguyur wilayah kami sejak dini hari sekitar pukul 03.00 WIB dan hingga sekarang masih gerimis," kata Obet, sapaan Abd Hayat, menerangkan.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut tentunya tidak menguntungkan bagi para petani garam rakyat dan membuat produksi garam pada pekan ini terhambat. Pada Kamis pagi, di sebagian besar lahan milik petani di Desa Pinggirpapas itu sebenarnya sudah terdapat garam siap produksi.
Namun, hujan yang mengguyur wilayah tersebut sejak enam jam lalu itu membuat butiran garam di lahan milik petani kembali mencair. "Semoga saja kondisi cuaca kembali normal. Dalam hitungan kami, petani kembali bisa panen garam jika cuaca kembali normal sedikitnya enam hari ke depan," ujarnya.
Kondisi cuaca yang kurang menentu pada masa kemarau tahun ini membuat produksi garam anjlok dan selanjutnya membuat harga komoditas tersebut mahal akibat stok terbatas. "Sejak dua pekan belakangan ini, harga garam sudah mencapai Rp 3.500 per kilogram. Namun, stok di lapangan memang sedikit," kata Koordinator Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep, Hasan Basri.