Kamis 27 Jul 2017 06:12 WIB

34 Sekolah Purwakarta Jadi Percontohan Berbasis Pertanian

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Hazliansyah .
 Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta mendata ada 34 sekolah yang menjadi percontohan lembaga pendidikan berbasis lingkungan. Sekolah tersebut telah menerapkan pelajaran pertanian terhadap siswanya.

Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto, mengatakan, sejak diterbitkannya Perbup Pendidikan Berkarakter, saat ini perlahan tapi pasti sekolah-sekolah sudah mengaplikasikan pelajaran dengan ilmu lingkungan. Bahkan, dari sektor pertanian itu, anak-anak sudah menikmati hasilnya.

"Di 34 sekolah itu, anak-anak diajarkan mengenai ilmu pertanian. Yaitu menanam padi dan palawija," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (26/7).

Menurut Purwanto, sektor pertanian masuk ke kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Akan tetapi, semua siswa harus terlibat aktif. Karena kegiatan ini terintegrasi dengan seluruh mata pelajaran. Seperti biologi, matematika, fisika, kimia dan lainnya.

Lahan pertanian yang dimiliki sekolah sudah menjadi laboratorium besar bagi para siswa. Mereka bisa mempraktikkan teori yang diperolehnya di laboratorium ini. Dengan begitu, anak-anak diharapkan bisa meningkatkan wawasan dan pengetahuannya.

"Dari menanam padi saja, banyak ilmu baru yang bisa diperoleh para siswa," ujarnya.

Purwanto menyebutkan, dari 34 sekolah yang sudah berbasis pertanian itu, di antaranya SDN Kahuripan, SD dan SMP satu atap Nagrog Wanayasa, SMPN 3 Pasawahan dan SMPN 2 Pondoksalam.

Kedepan, pihaknya akan terus mendorong supaya sekolah di Purwakarta seluruhnya bisa berbasis lingkungan.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, pihaknya ingin mengubah tradisi lama di sekolah. Salah satunya soal praktikum.

"Praktik biologi, dari dulu dari sekarang paling ngetop membedah katak. Atau siswa disuruh membuat toge," ujar Dedi.

Padahal, di lingkungan sekitar banyak yang perlu diamati. Misalkan, di wilayah Sukatani yang merupakan sentra penghasil tape singkong. Para pelajar disana bisa mengamati proses pembuatan tape itu. Bahkan, diharapkan bisa ada terobosan baru, pelajar bisa menghasilkan tape dengan rasa yang lebih manis dan kemasannya menarik.

"Pendidikan kita belum kesana. Makanya, di Purwakarta sedikit demi sedikit anak-anak harus mengenal lingkungannya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement