Selasa 25 Jul 2017 17:29 WIB

Lonjakan Harga Garam di Bogor tak Dibarengi Kelangkaan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
 Pedagang menunjukan garam di Pasar Tebet Timur, Jakarta, Ahad (5/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang menunjukan garam di Pasar Tebet Timur, Jakarta, Ahad (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Lonjakan harga garam yang sangat signifikan belakangan ini terjadi di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Kota Bogor. Akibatnya, lonjakan harga tersebut banyak dikeluhkan oleh para pembeli.

Rubiah (45) seorang pengusaha warung nasi mengaku, kenaikan harga garam yang terus meroket sampai saat ini berdampak pada penambahan pengeluaran belanjanya. "Ini kan jadi nambah lagi uang untuk beli garam. Buat saya mah uang segitu juga lumayan," kata Rubiah saat ditemui Republika.co.id di warung makannya, Bogor Tengah, Selasa (25/7).

Namun di sisi lain, Rubiah tetap bersyukur karena stok garam di Kota Bogor tidak mengalami kelangkaan. Dia berharap, harga garam akan cepat stabil dan tidak mengalami kenaikan lagi. "Ya untungnya enggak langka juga sih. Kebayang kalau langka plus mahal gimana usaha saya," jelas dia.

Diwawancara terpisah, salah satu penjual sembako di Pasar Baru Bogor, Rendi Per Anginangin mengatakan, lonjakan harga garam menyebabkan konsumen banyak yang mengeluh. Namun menurut dia, hingga saat ini stok garam masih tergolong stabil. "Mungkin yang agak sulit itu yang garam cap Jempol," ungkap Rendi saat ditemui Republika.co.id, Selasa (25/7).

Dia menerangkan, untuk kenaikan harga garam mencapai seratus persen. Misalnya, untuk garam yang bungkusan biasa di jual Rp 1.500, namun kini di jual dengan harga Rp 3.500.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement