REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan survei yang dilakukan Indiana University, dua dari tiga siswa merasa bosan dalam kegiatan belajar mereka. Kegiatan belajar yang berat berimbas pada cara anak mengatasi kebosanan serta keletihan mereka.
Beban dan waktu yang berlebihan untuk belajar dapat membuat anak-anak menjadi jenuh dan letih. Hal itu dinilai dapat berakibat kontraproduktif terhadap diri anak-anak.
Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Reza Indragiri Amriel, menyarankan lebih baik orang tua dan guru memberikan nasihat tentang pemenuhan hak-hak anak lainnya ketimbang memberikan nasihat tentang belajar.
"Beban dan waktu sedemikian berat dipandang telah membuat anak-anak jenuh dan letih. Itu pada gilirannya memengaruhi kesiapan belajar dan kesehatan anak," ujar Reza kepada Republika.co.id, Ahad (23/7).
Anak, kata Reza, bisa menjadi berperilaku impulsif ataupun agresif, termasuk di dalamnya merundung, berkelahi, serta kenakalan-kenakalan lainnya. Menurut dia, anak perlu lebih banyak bermain kreatif, shalat lima waktu, minum susu, menabung agar bisa disedekahkan kepada anak yatim, menanam pohon, memelihara binatang, dan kegiatan lain yang bisa membuat dunia anak-anak lebih berwarna.
Reza menanggapi pesan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada Hari Anak Nasional yang jatuh hari ini. Jokowi berpesan agar anak-anak Indonesia harus belajar, belajar, belajar keras dan mereka tidak boleh melakukan perundungan.
"Semoga petuah Pak Jokowi agar anak-anak belajar, belajar, belajar tidak membuat orang tua kian terobsesi mendaftarkan anak mereka les. Keletihan akademis niscaya berakibat kontraproduktif bagi anak-anak dan nantinya bagi Indonesia," ujar Reza.