Sabtu 22 Jul 2017 13:37 WIB

Kemenkes: Prevalensi Kanker Tertinggi di DIY

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Warga menunggu antrean untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara dalam kegiatan pekan deteksi dini kanker di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
[ilustrasi] Warga menunggu antrean untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara dalam kegiatan pekan deteksi dini kanker di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Data Riset Kesehatan Dasar Nasional (Diskesdas) pada 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi kanker tertinggi ada di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Angkanya tidak main-main, yaitu 4,1 persen diikuti Jawa Tengah (Jateng) 2,1 persen, Bali dua persen, Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 persen.

Kanker payudara tertinggi pada perempuan dan kanker usus besar tertinggi pada laki-laki. Data Globocan 2012, insiden kanker payudara 40 per 100 ribu perempuan, dan kanker usus besar 16 per 100 ribu laki-laki. Estimasi Jateng dan Jawa Timur (Jatim) jadi provinsi pejuang kanker terbanyak yaitu 68.638 dan 61.230 jiwa.

Kasubdit Penanganan Penyakit Kanker Kementerian Kesehatan, Niken Wastu Palupi mengingatkan, 70 persen penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut. Karenanya, ia meminta masyarakat luas dapat mulai melakukan upaya pencegahan kanker sejak usia muda, karena kanker memang bisa dicegah.

"Ingat selalu kalau kanker bisa dicegah, jalani gaya hidup Cerdik, cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet gizi seimbang, istirahat cukup dan kelola stres," kata Niken di seminar CISC di RSUP Dr Sardjito Sabtu (22/7).

Senada, Head Department of Surgery, Faculty of Medicine Universitas Gadjah Mada, Prof Teguh Aryandono menekankan, kanker bisa dicegah. Karenanya deteksi dini jadi aspek yang sangat penting, sehingga faktor-faktor yang menjadi risiko kanker dapat diketahui sesegera mungkin.

"Masyarakat diharapkan mampu terus meningkatkan pengetahuan tentang kanker melalui seminar, situs informasi Kemenkes, sehingga dapat mengenali gejala, tanda, faktor resiki kanker dan memeriksakan diri ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan yang memadai," ujar Teguh.

Ia menambahkan, deteksi dini dapat memberikan informasi kanker dalam kondisi yang awal, mengingat jika sudah stadium lanjut hasilnya kurang baik. Selain itu, menurut Teguh, deteksi yang terlambat tentu akan menimbulkan beban psikologis dan biaya yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement