Jumat 21 Jul 2017 14:11 WIB

Tak Ada JPO di Pasar Minggu, Penyeberang Jalan Terobos Pagar

Rep: Sri Handayani/ Red: Andri Saubani
Penyeberang jalan memilih jalan pintas menerobos pagar karena tidak ada fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO) di Pasar Minggu, Jumat (21/7).
Foto: REPUBLIKA/Sri Handayani
Penyeberang jalan memilih jalan pintas menerobos pagar karena tidak ada fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO) di Pasar Minggu, Jumat (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA SELATAN -- Hajah Mustani tampak berjalan perlahan menyeberangi Jalan Raya Pasar Minggu, Jumat (21/7). Ia menyelip di antara jeruji pagar.

Sesaat ia tampak ragu. Lalu, seorang pemuda berkaus cokelat muda dengan ikat kepala cokelat tua tampak mendekatinya.

Mustani tampak tersenyum lega. Sembari dipapah, ia menyusuri jalanan itu. Namun, pagar paling pinggir ternyata cukup rapat. Tubuhnya yang ringkih tak memungkinkan untuk menaiki pagar. Akhirnya, ia tetap harus berjalan disengat panas terik matahari, mencari celah yang lebih lebar.

"Tadi dari Tebet naik mobil sekali. Berhenti di situ. Kalau nggak keluar malah badan sakit semua. Jadi biar aja ke sini," kata dia sembari menuju ke pasar, Jumat (21/7).

 

Mustani mengaku keluarganya ingin ia tinggal di rumah. Namun, di hari tuanya, ia merasa jenuh dan takut kehilangan tenaga jika bermalas-malasan. Karena itu, ia selalu pergi ke pasar untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Kekuatan tubuhnya tak lagi kuat untuk berjalan jauh di jalanan yang terik. Kakinya tak cukup kuat untuk menyusuri jalan dari stasiun dan memutar ke arah pasar. Karenanya, ia memilih jalan pintas.

Bagi orang tua seperti Mustani, jembatan layang memang bukan solusi, jika melihat tangga-tangga yang begitu tinggi. Namun, itu jauh lebih baik ketimbang berjalan jauh tanpa penaung kepala. Belum lagi ancaman kecelakaan dari arus lalu lintas yang semrawut di sepanjang Jalan Raya Pasar Minggu.

Tak hanya orang tua seperti Mustani yang memilih jalan pintas berisiko ketimbang memutar arah. Karyawan Robinson, Laras Niraswati pun demikian. Gadis berusia 21 tahun ini memilih naik ke atas pagar beton agar tak perlu berjalan jauh.

"Kejauhan," kata dia singkat sembari malu-malu.

Setiap hari, Laras pergi bekerja dengan moda transportasi kereta api. Ia harus menyeberang dari stasiun ke tempat kerjanya. Setelah jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Minggu Ambruk, Sabtu (24/9/2016), ia terpaksa memutar agak jauh.

Di tengah hari yang begitu terik, ia memilih menyeberang dan lompat pagar. Namun, jika malam hari, ia pasti memutar arah.

Bagi Laras, JPO Pasar Minggu sangat penting untuk kelangsungan perjalanan para karyawan seperti dia. Ia berharap jembatan itu bisa dibangun kembali, sehingga mereka tak perlu melompat pagar dan melawan risiko.

"Inginnya dibangun lagi yang lebih bagus lagi, agar tidak ada kejadian (JPO ambruk) dua kali," kata dia.

Tak sampai lima menit, Yanto tampak mengenakan sepatu boot berwarna oranye. Ia menyeberangi jalan dan melompati pagar. "Saya tinggal di sini. Jadi ya mending motong jalan. Sebenarnya takut tertabrak. Makanya saya cari yang longgar. Kalau nggak banyak kendaraan, saya menyeberang," kata dia.

Bagi para pengemudi ojek online yang terbiasa mangkal di Stasiun Pasar Minggu dan Robinson, pemandangan ini begitu lazim. Salah satu pengemudi, Tonny Ardhie mengatakan ratusan orang menyeberang di tempat yang tak seharusnya setiap hari.  "Ada orang-orang yang turun dari kereta, mau nyambung angkot, bus, mau belanja, mereka males muter. Siapa aja ada," kata dia.

Menurut Ardhie, tak hanya orang tua dan remaja, hampir semua jenis umur pernah menyeberangi tempat itu. Sering pula terjadi kecelakaan karena hal itu, atau karena mobil yang mendadak menyeberang karena tak tahu jalan.

"Sering ada yang nanya ke kami, kami nggak pernah ngarahin ke sini, tapi muter depan. Kalau ada yang lewat sini pasti sudah terbiasa," kata dia.

Ardhie mengatakan, JPO mutlak diperlukan oleh para pejalan kaki. Namun, posisinya perlu digeser dari lokasi saat ini. "Mending dekat ke terminal karena rata-rata orang nyebrang ke terminal. Kalau di situ dekat ama jalan arah Condet. Kalau di situ sia-sia, tetap macet," kata dia.

Ia berharap jembatan yang baru dibangun dengan konstruksi yang lebih kuat. Selain itu, JPO tidak perlu dipasang iklan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement