Jumat 21 Jul 2017 10:37 WIB

Aparat Tertibkan Kebun Ilegal di Area Freeport

Pekerja PT Freeport memasuki Kawasan Terminal Gorong-Gorong, Timika, Papua. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Pekerja PT Freeport memasuki Kawasan Terminal Gorong-Gorong, Timika, Papua. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Aparat gabungan Polsek Tembagapura, Koramil Tembagapura dan Satuan Tugas Amole melakukan penertiban kebun-kebun ilegal masyarakat yang berada di dalam kawasan pertambangan PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua.

Kapolres Mimika Ajun Komisaris Besar Victor Dean Mackbon di Timika, Jumat (21/7), mengatakan penertiban kebun-kebun ilegal milik masyarakat sekitar Tembagapura dilakukan agar tidak mengganggu kepentingan perusahaan, sekaligus mencegah terjadi bencana longsor. Sebab, lokasi di mana kebun-kebun ilegal itu dibuka berada di lereng gunung yang terjal dengan vegetasi hutan yang masih alami.

"Dikhawatirkan kalau terus dibiarkan maka akan mengganggu, selain itu karena berada di lereng gunung yang terjal maka bisa membahayakan masyarakat yang beraktivitas di situ," kata Victor.

Dalam kegiatan penertiban itu, aparat juga sekaligus menertibkan pondok-pondok liar milik para pendulang tradisional yang membludak di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Kali Kabur atau Sungai Aijkwa/Otomona yang mengalirkan material tailing dari lokasi pabrik pengolahan PT Freeport di Mil 74 Tembagapura menuju dataran rendah Mimika. Kapolres Mimika menegaskan penertiban para pendulang tradisional dan kebun-kebun liar di wilayah Tembagapura tersebut tidak terkait dengan isu terjadi transaksi perdagangan senjata api(senpi) dan amunisi kepada kelompok kriminal bersenjata.

"Tidak ada temuan senpi selama kegiatan penertiban itu. Sifatnya hanya hal-hal umum saja, agar tidak sampai mengganggu aktivitas perusahaan dan tidak membahayakan masyarakat sendiri," kata Victor.

Hingga kini, terdapat ribuan warga non-karyawan atau biasa disebut pendulang tradisional yang mengais rezeki dengan mendulang butiran emas yang terbawa arus Sungai Aijkwa/Otomona mulai dari wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah Mimika. Ribuan pendulang tradisional tersebut berasal dari berbagai suku baik suku-suku pegunungan Papua maupun non Papua.

Kehadiran ribuan pendulang tradisional di kawasan pertambangan PT Freeport itu sendiri memicu sejumlah masalah seperti terjadi konflik antarkelompok warga dan tidak sedikit pula pendulang yang meninggal karena terseret arus banjir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement