REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya meraih tiga trofi Paduan Suara Mahasiswa dalam ajang perayaan "70th Anniversary Llangollen International Musical Eisteddfod 2017", di North Wales, Inggris.
Pembina Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ITS Bambang Soemardiono di Surabaya, Kamis (20/7) mengatakan, raihan tiga trofi ini cukup baik jika dibandingkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. "PSM baru pertama kali mengikuti kontes di Llangollen, dan langsung mendapat juara," ujar dosen departemen arsitektur ini.
Dia menjelaskan, ketiga trofi yang berhasil diboyong di antaranya adalah runner up kategori Youth Choir, runner up kategori Adult Folk Choir, serta juara tiga kategori Mixed Choir. "Untuk kategori Adult Folk Choir, lagu tradisional Madura yang kami bawakan hanya kalah 0,3 poin saja dengan juara pertama dari Amerika Serikat," kata dia.
Menurut Bambang, prestasi ini tak luput dari hasil latihan keras anggota PSM. "Kami selalu berlatih keras, sebelum maupun setelah berangkat ke Inggris. Sebelum berangkat, latihannya Senin hingga Minggu, setiap latihan berdurasi dua jam." ujar pria asal Banyuwangi itu.
Selain latihan keras, kata dia, pola pikir positif juga sangat membantu mereka dalam mengubah kendala menjadi motivasi. Alhasil beberapa gangguan seperti lokasi penginapan yang jauh, dukungan dana yang terbatas, serta waktu keberangkatan yang mepet dapat mereka atasi dengan baik.
Bambang mengatakan, penginapan yang mereka dapat di provinsi North Wales saat itu jaraknya lumayan jauh dari lokasi kontes, maupun dari pusat kota. Sekitar satu setengah jam. Dalam hal ini, Bambang dan tim justru memandangnya sebagai keuntungan.
"Kondisi yang sepi membuat latihan kami jadi lebih fokus. Ditambah lagi dengan suasana yang sejuk dan pemandangan yang asri," tutur Bambang.
Sementara pada kesempatan yang lain, Ketua PSM ITS Gusti Putra Pradana mengatakan bahwa timnya sempat mengalami kendala finansial dalam persiapan untuk menghadapi kompetisi ini. Namun berkat kerjasama tim yang baik, serta kegigihan dalam menghimpun sponsor, akhirnya tim ini tetap dapat berangkat.
Salah satu personel PSM, Herisha Arviani yang bercerita tentang waktu keberangkatan timnya yang terbilang mepet. "Sudah mepet, bertepatan pula dengan insiden bom di Manchester. Tapi setelah menenangkan diri akhirnya kami tetap berangkat," kata dia.