Kamis 13 Jul 2017 21:39 WIB

Makarim Wibisono: Simpatisan ISIS Jangan Dijauhi

Kelompok Militan ISIS
Foto: AP
Kelompok Militan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mantan Duta Besar RI untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Makarim Wibisono mengimbau masyarakat tidak menjauhi simpatisan gerakan militan negara Islam (ISIS) yang ada di Indonesia.

"Simpatisan ini jangan dijauhi, justru harus dirangkul," ujarnya ketika menjadi pembicara di Indonesia International Defense Science Seminar yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/7).

Makarim, yang dalam seminar tersebut mengambil tema "International Politics and Diplomacy as a Balancing Factor towards Human Security and Human Welfare", mengatakan bahwa para pendukung kelompok ekstrim itu hendaknya juga tidak diperlakukan secara berbeda.

"Simpatisan ini, jangan sampai dia itu misalnya dibuat kurang makan, sulit mendapatkan pekerjaan, atau sampai anak-anaknya tidak bisa sekolah," tutur dia.

Mantan pelapor khusus PBB untuk situasi HAM di daerah pendudukan Palestina itu berpendapat salah satu penyebab munculnya simpatisan tersebut adalah karena biasanya kecewa terhadap keadaan dan lingkungan, sehingga mereka mulai melirik ideologi baru untuk memperbaiki hidup.

"Kalau anda kecewa, akan mudah sekali untuk membangkitkan pemikiran baru. Jadi, jangan jadikan mereka sebagai kelompok yang kecewa," jelas pria yang juga menjadi anggota panitia seleksi calon komisioner Komnas HAM periode 2017-2022 ini.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebelumnya menyatakan bahwa kini ada sekitar 700 orang di Indonesia, yang menjadi simpatisan gerakan militan negara Islam (ISIS). Hal tersebut ia sampaikan ketika menjadi pembicara kunci di Indonesia International Defense Science Seminar di Bogor, Jawa Barat, Rabu (12/7).

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu menilai jumlah tersebut belum perlu dikhawatirkan. Namun, hal ini juga bukan berarti bahwa Pemerintah Indonesia tidak melakukan tindakan untuk menghilangkan pengaruh ideologi radikalisme yang diduga telah tertanam pada para pendukung kelompok ekstrimis itu.

Menurut Menhan, untuk mengatasi radikalisme dan ISIS, Indonesia menggunakan strategi pemantapan mindset bagi seluruh masyarakat, dengan kembali kepada jati diri bangsa, yakni nilai-nilai budaya dan kultur yang sudah tertanam sejak lama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement