Rabu 12 Jul 2017 07:02 WIB

Istana Bersejarah Sumbawa Terbakar, Begini Sejarahnya

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
ilustrasi Kebakaran
Foto: pixabay
ilustrasi Kebakaran

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Bangunan bersejarah peninggalan Kesultanan Sumbawa, Istana Bala Puti, yang berada di Kota Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa hangus terbakar oleh si Jago Merah pada Selasa (11/7) pagi sekitar pukul 9.45 Wita.

Terbakarnya istana yang menyimpan perjalanan panjang sejarah dari Kesultanan Sumbawa meninggalkan luka mendalam, bagi keluarga Kesultanan Sumbawa dan warga Sumbawa itu sendiri. Kepada Republika.co.id, Sultan Kaharudin IV menceritakan tentang perjalanan Istana Bala Putih sejak jaman kolonial hingga sekarang ini.

Istana Bala Putih selesai dibangun pada 1931 dan ditempati oleh sang Ayah, Sultan Kaharudin III setahun berselang. Sultan Kaharudin IV menjelaskan, pada masa swatantra (pemerintah sendiri), pola pemerintahan di Sumbawa masih bersifat swapraja yang dikepalai langsung oleh Sultan Kaharudin III.

Kemudian, pada masa peralihan pemerintahan menjadi kabupaten pada sekitar 1959, kepala pemerintahan tidak lagi dijabat oleh Sultan Kaharudin III melainkan bupati.

"Sehingga pada saat itu Istana Bala Puti dihibahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia," ujar Sultan Kaharudin IV saat dihubungi dari Mataram, NTB, Selasa (11/7).

Dengan begitu, pengelolaan bangunan yang menjadi cagar budaya pada 80-an itu dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Kendati begitu, seluruh peninggalan sejarah seperti mahkota, naskah-naskah kuno, dan benda pusaka lain dipindahkan ke kediaman Sultan yang berada di Istana Bala Kuning.

Sultan Kaharudin IV menerangkan, sebelum Istana Bala Puti berdiri, Kesultanan Sumbawa telah memiliki dua istana utama yakni Istana Dalam Loka yang menjadi pusat pemerintahan kesultanan dan Istana Bala Kuning yang menjadi kediaman Sultan.

Pada 1931, Sultan Kaharudin III menggagas pembangunan Istana Bala Puti dengan tujuan membentuk pemerintahan modern. Hal ini terlihat dari konsep bangunan yang terinspirasi arsitektur Perancis. Untuk halaman istana, terdapat sejumlah pohon sawit berusia ratusan tahun sumbangan dari Kesultanan Deli.

Saat ini, Istana Bala Putih yang dikenal dengan Wisma Praja dan berada di Kompleks Pendopo Bupati Sumbawa hanya difungsikan sebagai tempat pertemuan untuk rapat. Meski tidak ada benda pusaka yang hangus terbakar, Sultan Kaharudin IV mengaku sedih dan prihatin atas musibah ini.

Menurut Sultan Kaharudin IV, Istana Bala Puti menyimpan perjalanan panjang akan sejarah Kesultanan Sumbawa dan tokoh-tokoh besar para pendiri bangsa. "(Istana) Bala Putih merupakan rangkaian perkembangan Kesultanan Sumbawa. Tokoh besar dari jaman kolonial mulai dari Jenderal Belanda, KH Ahmad Dahlan, bahkan Bung Karno pernah tiga kali singgah di sini. Banyak sejarah tercipta di Bala Puti," ungkap Sultan Kaharudin IV.

Sultan Kaharudin IV berharap musibah ini dapat menjadi hikmah bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan dan menjaga aset cagar budaya yang memiliki nilai sejarah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement