REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga Juni lalu, proses pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) yang dikelola PT MRT Jakarta telah mencapai rata-rata 74,89 persen. Hingga akhir tahun, tahap ini diharapkan telah mencapai 92 persen dan akan selesai keseluruhan pada pertengahan 2018.
"Elevated (sudah mencapai) 62,42 persen. Underground 87 persen, lebih maju karena tidak ada pembebasan lahan. Di sini kita ada hambatan di pembebasan lahan," kata Direktur Keuangan dan Administrasi PT MRT Jakarta Tuhiyat dalam kunjungan DPRD dan perwakilan Pemprov DKI Jakarta ke Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (10/7).
Dalam fase pertama, akan dibangun jalur MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sepanjang 16 kilometer. Jarak ini akan ditempuh selama 30 menit. Ada total 96 gerbong akan dioperasikan, terdiri dari 16 train set dengan masing-masing enam gerbong. Setiap gerbong diperkirakan mampu mengangkut 200 orang.
MRT direncanakan akan beroperasi setiap lima menit sekali selama jam sibuk (peak hours). Di jam biasa, armada akan beroperasi 10 menit sekali. "Jadi antara 1200-1500 penumpang bisa terangkut dalam lima menit sekali. Untuk waktunya kita beri garansi untuk penumpang, pasti lima menit sekali," kata Tuhiyat.
Jalur ini ditargetkan selesai pertengahan 2018. Selanjutnya, akan dilakukan proses commissioning, trial run hingga Februari 2019, dilanjutkan operasi komersial mulai 1 Maret 2019. "Jadi kita punya kurang lebih 600 hari lagi sampai tanggal 1 Maret 2019," kata dia.
Bersamaan dengan masa tersebut, pembangunan MRT fase 2 diharapkan akan masuk tahap konstruksi. Jalur ini akan membentang sepanjang delapan kilometer dari Bundaran HI ke Kampung Bandan dengan delapan stasiun. Kedelapan stasiun tersebut terletak di Kebon Sirih, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, dan berakhir di Kampung Bandan.