Senin 10 Jul 2017 17:31 WIB

Pengelola Borobudur tak Tegas Larang Pengunjung Injak Stupa

Wisatawan berfoto diatas dinding candi walaupun berbahaya, wisatawan Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah untuk mengisi waktu libu Idul Fitri tercatat Rabu (28/7).
Foto: Republika/Nico Kurnia jati
Wisatawan berfoto diatas dinding candi walaupun berbahaya, wisatawan Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah untuk mengisi waktu libu Idul Fitri tercatat Rabu (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengelola Taman Wisata Candi Borobudur diminta bersikap tegas dalam menegakkan aturan mengenai larangan bagi pengunjung yang memegang atau menginjak stupa di kawasan tersebut.

"Hingga saat ini masih ada pengunjung yang nekat duduk atau naik ke stupa Candi Borobudur, jika terus dibiarkan, maka kelestarian candi yang masuk dalam situs warisan dunia tersebut tidak akan bertahan lama," kata anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah Didiek Hardiana di Semarang, Senin (10/7).

Menurut dia, pengelola Taman Wisata Candi Borobudur harus bisa mengantisipasi para pengunjung yang melanggar larangan memegang dan menginjak stupa, termasuk bergerombol di atas atau di satu titik tertentu. "Sudah ada alur dan peraturan yang ditetapkan oleh mereka sendiri, seharusnya itu harus ada ketegasan," ujar politisi PDI Perjuangan itu.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jateng Urip Sihabudin mengaku sedang mencari solusi terbaik bersama komunitas yang peduli Candi Borobudur dan wisata warisan terkait dengan larangan memagang dan menginjak stupa.

Ia menyebutkan pelarangan melalui tulisan dan peringatan yang disampaikan petugas pengelola Taman Wisata Candi Borobudur itu tidak cukup ampuh untuk menyadarkan masyarakat.

"Sebenarnya sudah ada petugas yang selalu mengingatkan wisatawan yang naik atau duduk di stupa, hanya saja ketika terjadi lonjakan pengunjung, petugas kewalahan," katanya.

Urip meminta kesadaran pengunjung untuk ikut merawat kelestarian Taman Wisata Candi Borobudur, apalagi peninggalan sejarah tersebut sudah cukup rapuh jika diperlakukan sembarangan.

"Sayang kalau rusak, memang teknologi bisa membangunnya kembali, tapi chemistrynya sudah hilang," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement